Sebagian warga tinggal di rumah ala kadarnya buatan sendiri dan belum lama bisa menikmati listrik serta air bersih.
"Sejujurnya, penduduk komunitas ini hampir mencapai 10 persen warga kota. Namun, tak sampai 10 persen sumber daya kota sampai di sini," kata Colin Marks, tokoh masyarakat setempat.
Keterangan Colin ini menunjukkan betapa skeptisnya warga Guyana terhadap keuntungan dari industri minyak.
"Sebagian besar warga amat sensitif soal ini. Sebab, lebih banyak dampak negatifnya ketimbang keuntungannya bagi Guyana," ujar Colin.
"Dan ini sudah terjadi di level politik. Kita semua mendengar apa yang terjadi di Guinea, Nigeria, atau tetangga kami, Venezuela. Jadi masyarakat amat sensitif," kata dia.
"Di masyarakat akar rumput, rakyat hanya ingin tahu jika minyak menghasilkan uang, rakyat ingin mendapat bagian. Kami ingin menikmati keuntungan dari minyak," Colin menegaskan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Temukan Minyak, Negeri Ini Bakal Menjadi yang Terkaya di Dunia"