Laporan Wartawan Grid.ID, Siti Maesaroh
Grid.ID - Skripsi merupakan fase terakhir bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi.
Masuk dalam fase final, terkadang skripsi bisa berubah menjadi tekanan dan dibutuhkan tenaga ekstra untuk menyelesaikannya.
Bosan dan lelah tentu jadi tantangan tersendiri untuk mahasiswa yang ingin menyelesaikan skripsi.
Seperti kisah pengalaman seorang pemuda asal Nusa Tenggara Timur ini.
Leonard Renold Tanto (26) asal Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka memutuskan untuk berhenti kuliah dan meninggalkan skripsi yang sedang dikerjakannya.
Melansir dari Kompas.com pada Kamis (19/9/2019) Renold sebelumnya merupakan mahasiswa di kampus Widya Mandala Surabaya jurusan Komunikasi.
Karena merasa bosan ia pun memilih untuk kembali ke kampung halamannya.
"Pada bulan November 2014, saya memutuskan berhenti kuliah. Skripsi saya lepas, saya pulang ke Maumere, alasannya saya bosan kuliah itu aja," beber Renold dikutip dari Kompas.
Usai kepulangannya, Renold memutuskan untuk beternak babi agar tidak menganggur.
Awalnya memang tak mudah dan penuh lika-liku, Renold bahkan tak tahu apa-apa perihal cara beternak babi.
Bermodalkan uang yang tak banyak, ia nekat berangkat ke Bali dan Kupang untuk menimba ilmu beternak babi.
"Selama ini di 2 tempat ini saya belajar vaksi, kebiri, dan takaran obat untuk babi. Selebihnya saya lihat-lihat saja cara merawat babi di kandang," kata Renold.
Usai menimba ilmu, ia memberanikan diri meminjam uang ke bank dan menjalankan usaha ternaknya.
Mulanya ia hanya memiliki 28 babi betina dan 2 jantan, namun lama kelamaan beranak-pinak menjadi ratusan.
Dalam menjalankan bisnisnya, ia sempat jatuh karena babi miliknya terkena penyakit huklera, namun ia tak menyerah dan terus melanjutkan usahanya.
Kini ia pun mulai memetik hasil dari jerih payahnya, ia bahkan pernah memperoleh hasil omzet sampai Rp 1 miliar pada tahun 2017.
Dari hasil beternaknya itu, kini Renold sudah mampu membiayai kuliah dua adiknya, menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebelumnya, kejadian hampir serupa juga pernah dialami Richo yang membuka usaha usai berhenti dari kuliah karena tak memiliki biaya.
Melansir dari Surya.co.id pada 29 November 2018 lalu, Richo memberanikan diri membuka jasa loundry sepatu.
Sebelumnya, ia menimba ilmu di Universitas Brawijaya Malang, namun karena terpentok masalah biaya, ia memutuskan berhenti.
Meski sempat alami pasang surut, Richo kini telah berhasil mengembangkan usahanya, meski sudah tak mengeyam bangku perkuliahan.
(*)