Find Us On Social Media :

Potret Mengerikan Desa Trunyan yang Dijuluki Perkebunan Mayat, Orang Mati Dibiarkan Membusuk Tergeletak di Tanah

By None, Senin, 30 September 2019 | 17:11 WIB

Potret Mengerikan Desa Trunyan yang Dijuluki Perkebunan Mayat, Orang Mati Dibiarkan Membusuk dan Tergeletak di Tanah

Grid.ID – Beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi dan ritual tersendiri untuk memakamkan jenazah orang yang sudah meninggal.

Desa Trunyan yang ada di Bali misalnya, punya tradisi pemakaman unik yang masih dilestarikan hingga kini.

Di Desa Trunyan, mayat tidak dikubur di dalam tanah atau dikremasi tapi justru dibiarkan membusuk dan tergeletak di tanah.

Baca Juga: Pilih Hidup Sederhana Meski Dinikahi Perwira Polisi, Intip Penampilan Uut Permatasari yang Anggun Bak Putri Solo Saat Hadiri Kondangan

Jenazah akan diletakan di tempat pemakaman Seme Wayah.

Untuk menuju ke Seme Wayah hanya dapat ditempuh dengan jalur atau atau menyebrangi Danau Batur.

Di sana, pengunjung akan melihat banyak tulang yang berjejer, tebaran uang, hingga barang-barang lain yang akan dibiarkan bersama jenazah tersebut.

Beberapa jenazah akan dibaringkan dalam sangkar bambu untuk menghindari hewan buas.

Baca Juga: Negara ini Pernah Rugi Besar, Uang Senilai Rp1,4 Triliun Raib Entah ke Mana Setelah Selesai Dicetak

Ketika semua sangkar sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan dibuang untuk memberi ruang bagi mayat baru dengan meletakannya di atas tumpukan.

Ketika tubuh mayat sudah hancur akibat panas matahari, tulang-tulangnya akan ditempatkan di sebuah altar di bawah pohon suci.

Menariknya, meski dibiarkan terbuka, tetapi tidak ada bau menyengat yang ditimbulkan dari tubuh jenazah.

Hal ini karena adanya sebuah pohon besar dan tinggi yaitu taru menyan.

Baca Juga: Pelakor masuk DPR, Intip Penampilan Paripurna Mulan Jameela Saat Hadiri Pembekalan DPR/MPR dan Dipeluk Calon Rekan Kerjanya, Krisdayanti

Pohon inilah yang menetralisir bau tidak sedap dari pembusukan tubuh.

Di desa ini, ada tiga tempat pemakaman yang terpisah yaitu, Seme Wajah yang diperuntukan bagi mereka yang meninggal secara wajar.

Lalu Seme Bantah untuk mereka yang meninggal tidak wajar atau akibat kecelakaan dan Seme Muda untuk bayi, anak kecil, dan yang belum menikah.

Hanya laki-laki saja yang diizinkan untuk pergi ke sana dan mengantarkan jenazah setelah ritual persiapan dilakukan.

Baca Juga: Asyik Nikmati Sunset Pantai Bali, Vanessa Angel Tuai Ceramah Online Saat Pamer Tato di Punggung Mulus

Pesiapas yang dimaksud meliputi pembersihan jenazah dengan air hujan dan membungkusnya dengan kain, tetapi bagian kepala tidak tertutup.

Perempuan Trunyan tidak diperbolehkan untuk mengunjungi tempat pemakaman.

Mereka percaya bahwa desa akan terkena gempa bumi atau letusan gunung berapi jika perempuan mendatangi pemakaman tersebut.

Selain itu, mereka yang baru mengunjungi makam tidak boleh langsung masuk ke Pura Pancering Jagat dan harus melalui proses pembersihan dulu. (*)

Artikel ini sudah tayang di NationalGeographic.co.id dengan judul "Di Desa Trunyan Bali, Mayat-mayat Dibiarkan Membusuk Tanpa Dikubur".