Grid.ID - Artis peran Pamela Bowie (24) kembali dipercaya menjadi pemeran utama, dalam film layar lebar terbarunya yang bertajuk 'Hongkong Kasarung'.
Film karya Erik Satyo bersama Artomoro Pictures ini meminta Pamela untuk memerankan karakter Alin, wanita cantik yang tinggal di Hongkong, meskipun dulu pernah tinggal di Indonesia.
Selama sekitar 10 hari shooting di Hongkong, Pamela memiliki cerita seru yang tidak bisa terlupakan, sepanjang ia berkarir di dunia akting selama 10 tahun belakangan ini.
"Pengalaman di sana yah kita dikejar-kejar sama polisi intelejen waktu shooting. Jadi ceritanya kita ada adegan penculikan dan kejar-kejaran, dengan lokasi di depan Bank, di mana sekelilingnya banyak CCTV," kata Pamela Bowie.
Hal itu ia katakan ketika ditemui dalam acara launcing trailer dan poster film 'Hongkong Kasarung', di Resto Portoico Senayan City Mall, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2018).
Pamela menjelaskan bahwa dirinya dan tim tidak memperhatikan CCTV, dikarenakan shooting berjalan saat hari libur dan bank tidak buka.
Namun, ia bersama tim produksi harus menerima pemeriksaan polisi intelejen, yang menganggap adegan itu benar nyatanya bukan fiksi untuk kepentingan film.
"Tiba-tiba didatangi polisi intelijen ngga pakai seragam. Selain itu, sempet kita shooting memang ngga pakai helm, terus akhirnya dikejar polisi lagi. Jadi sempat kayak ya umpet-umpetan gitu lah sama polisi kayak petak umpet gitu. Ada polisi ngga ya kalau ngga ada lanjut," ucapnya.
"Sempat sudah sampai penginapan dan mau pulang ke Indonesia, eeeh dihubungi lagi disuruh balik ke lokasi shooting dan bawa paspor. Dibilang ada polisi intelejen. Ya udah balik lagi," tambahnya.
Mantan kekasih penyanyi dan artis peran Joshua Suherman itu mengungkapkan, tim produksi sudah mempersiapkan berkas berupa pasport dan lain-lain, untuk terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Tapi memang birokrasinya itu agak rumit, katanya pak Erik yah jadi main umpet-umpetan gitu. Deg-degan sih pastinya," ungkapnya.
Kendati demikian, lanjut Pamela, wanita kelahiran Madiun, Jawa Timur, 18 Oktober 1993 itu mengaku harus bisa bersikap tenang meski berhadapan dengan polisi intelejen.