Find Us On Social Media :

Diperingati Tiap Tanggal 2 Oktober, Intip Perjalanan Batik di Hari Batik Nasional: Warisan Budaya Indonesia yang Dulunya juga Diakui Malaysia

By Arif Budhi Suryanto, Rabu, 2 Oktober 2019 | 11:37 WIB

Diperingati Tiap Tanggal 2 Oktober, Intip Perjalanan Batik di Hari Batik Nasional: Budaya Tak Benda Warisan Manusia yang Dulunya Diklaim Malaysia.

Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto

GRid.ID - Di Indonesia, setiap tanggal 2 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Peringatan ini terjadi setiap tahunnya sejak batik diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO pada 2009 silam.

Bahkan tak hanya masyarakat Indonesia, laman pencarian Google pun ikut memperingati Hari Batik Nasional.

Baca Juga: Tinggal di Hunian Sederhana, Begini Kabar Artis Lawas yang Kembali Jadi Sorotan karena Pernah Kekeh Nikahi Suami Orang

Terbukti di laman pencarian awal Google terlihat ada Google Doodle yang bernuansa batik warna indigo.

Tulisan 'Google' pun dibuat sedemikian rupa yang menunjukkan corak khas batik tulis.

Membanggakan, bukan? Namun ternyata perjalanan batik agar bisa diakui sebagai warisan dunia tidaklah mudah.

Baca Juga: Kisah Hari Batik Nasional Diakui UNESCO, Hingga Menarik Pesohor Dunia Kenakan Batik Indonesia

Lalu seperti apa perjalanannya? Mari kita simak.

Sejarah Batik

Batik sudah ada dan berkembang di berbagai daerah di Indonesia sejak lama.

Itu lah mengapa, tiap daerah memiliki ciri khas coretan batiknya masing-masing.

Melansir dari laman Kompas.com, di tanah Jawa sendiri batik diperkirakan sudah ada sejak kerajaan Majapahit atau sekitar abad ke-12.

Hal itu ditandai dengan penemuan arca Prajnaparamita (Dewi Kebijaksanaan) di Jawa Timur pada abad ke-13.

Arca tersebut menggambarkan Sang Dewi yang sedang mengenakan kain dengan motif sulur tumbuhan dan bunga, motif yang masih bisa dijumpai pada batik jaman sekarang.

Selain itu, batik juga kental dengan penyebaran ajaran Islam.

Terbukti dari banyaknya daerah pusat batik di Jawa adalah daerah santri.

Batik sendiri juga disimbolkan sebagai alat perjuangan ekonomi pedagang melawan perekonomian Belanda.

Baca Juga: Beri Kritik Pedas Soal Penampilan Mulan Jameela Saat Pelantikan DPR, Caren Delano : I'm Sorry, Saya Nggak Suka

Pakaian Keraton

Pada mulanya batik hanya bisa dinikmati secara terbatas di lingkungan keraton saja.

Tak sembarang orang bisa memakai batik, hanya raja, keluarga, dan para pengikutnya lah yang dapat memakainya.

Namun karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik pun mulai dikenal dan menyebar ke luar tembok keraton.

Batik yang pada mulanya hanya dimiliki oleh keluarga keraton pun kemudian menjadi pakaian yang digemari rakyat.

Meluasnya kesenian batik, khususnya di Jawa sendiri terjadi pada sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.

Perkembangannya sendiri terlihat setelah batik mulai masuk ke daerah Surakarta dan Yogyakarta.

Hal itu terbukti dari perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung yang coraknya dipengaruhi oleh batik Solo dan Yogyakarta.

Baca Juga: King Faaz Gemar Sedekah Setiap Hari, Fairuz A Rafiq: Dia Lagi Semangat-semangatnya!

Perkembangan Batik

Pada mulanya batik dihasilkan sendiri melalui proses yang sangat lama.

Saat itu, kain dasar yang digunakan untuk membatik merupakan hasil tenunan sendiri.

Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai diambil dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia, antara lain pohon mengkudu, tinggi soda dan nila.

Proses membatiknya sendiri menggunkan teknik tulis.

Namun memasuki tahun 1920, proses membatik menggunakan cap mulai dikenal di Ponorogo.

Baca Juga: Selingkuhi Mantan Kekasih Hingga Dicap Matre, Begini Kehidupan Marshanda dan Hunian Mewahnya yang Jarang Tersorot Media

Proses membatik menggunakan cap dikenal lebih cepat dari batik tulis dimana hanya memakan waktu sekitar 2-3 hari.

Sedangkan kalau batik tulis sendiri bisa memakan waktu relatif lama sekitar 2-3 bulan.

Tapi kemudian seiring berkembangnya zaman, mulai muncul batik-batik cetak mesin atau printing.

Namun banyak orang menganggap batik printing bukanlah batik karena kain batik adalah membuat pola dengan menutup sebagian desain untuk memberi warna.

Sedangkan pada batik printing, bagian utama itu tidak dilakukan.

Baca Juga: Sedih Lihat Anak Milenial Lebih Suka Lagu Barat, Dul Jaelani Berencana Buat Karya Musik dengan Gamelan dan Suling

Sengketa Batik dengan Malaysia

Meski batik sudah ada dan berkembang di Indonesia sejak lama.

Tapi hal itu tidak serta merta menjadikan dunia mengakui kalau batik merupakan warisan budaya asli Indonesia.

Terbukti dari munculnya sengketa kepemilikan budaya batik sejak Malaysia mengklaimnya.

Menanggapi hal ini, pemerintah pun tidak tinggal diam.

Pada tahun 2008 pemerintah Indonesia mendaftarkan batik dalam jajaran daftar representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO.

Untuk mendapat pengakuan representatif sebagai warisan budaya, proses yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia terbilang cukup panjang.

Baca Juga: Siswa SMP di Manado Tewas Saat Dihukum Lari Keliling Lapangan oleh Guru, Orangtua Tak Terima: Padahal Saya Baru Mengantarnya ke Sekolah...

Melansir dari tribunkaltim.com, proses nominasi batik Indonesia ke UNESCO yang diajukan pada 3 September 2008 pun baru diterima secara resmi pada 9 Januari 2009.

Hingga pada puncaknya tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia yang dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Tanggal 2 Oktober juga diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Itulah mengapa setiap tanggal 2 Oktober Indonesia memperingati Hari Batik Nasional.

(*)