Grid.ID - Usai pelantikan DPR selesai dilaksanakan pada Selasa lalu, kini giliran pelantikan MPR 2019-2024 yang akan digelar pada Kamis (3/10/2019).
Pada pelantikan MPR Kamis malam ini, para anggota yang hadir akan menentukan ketua MPR untuk lima tahun ke depan.
Pimpinan MPR yang akan dipilih sebagai kandidat ketua terdiri dari perwakilan 9 fraksi dan satu unsur DPD.
Kesepuluh perwakilan fraksi akan menyerahkan nama anggotanya untuk diusulkan menjadi ketua MPR.
Namun sidang Paripurna ke-2 MPR yang digelar pada Rabu (2/10/2019), di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta dihujani interupsi dari sejumlah anggota yang hadir.
Melansir laman Kompas.com, agenda rapat paripurna tersebut adalah untuk mengesahkan jadwal acara sidang dan membentuk fraksi-fraksi serta kelompok Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
Hal tersebut dikarenakan tidak hadirnya anggota MPR tertua saat rapat.
Seharusnya rapat tersebut dipimpin oleh dua pimpinan yang berasal dari anggota MPR tertua dan termuda.
Namun Sabam Sirait selaku anggota MPR tertua tak hadir lantaran alasan kesehatan.
Hanya tersisa Hillary Brigitta Lasut, anggota MPR Fraksi Nasdem yang hadir selaku anggota termuda.
Hillary kemudian berinisiatif untuk menggantikan posisi Sabam dengan Abdul Wahab Dalimunte selaku anggota MPR yang usianya di bawah Sabam.
Namun keputusan Hillary mendapat banyak tentangan dari anggota MPR yang hadir.
Suasana menjadi tak terkendali dan memanas, karena banyak anggota yang menginterupsi.
Ditengah suasana yang memanas, seorang anggota DPR fraksi PDI-P dapil Papua Barat melakukan protes bahkan menangis terisak di tengah rapat.
Kejadian tersebut tersorot kamera, dan diunggah di kanal Youtube Kompas TV, pada Rabu (2/9/2019).
Anggota DPR tersebut adalah Jimmy Demianus Ijie.
Baca Juga: Tanggapi Malasah Papua, Glenn Fredly: Please Pak Jangan Biarkan Ada Korban Akibat Kekerasan
Jimmy mengepalkan tangan, dan meminta untuk diberikan waktu interupsi.
"Jimmy, Papua Barat, ini orangnya,"
"Baik terima kasih pimpinan, saya melihat kita ini sedang memperlihatkan sandiwara yang tidak lucu, hanya berebut soal kursi kekuasaan di lembaga ini," ungkap Jimmy.
"Dan tidak memperlihatkan sense of crisis kita, pada persoalan kemanusiaan yang luar biasa, yang terjadi di Papua," imbuhnya, sambil terisak.
Jimmy yang menangis sesenggukan bahkan sampai tak bisa mengeluarkan kata-kata, dan berhenti bicara sejenak.
"Kita tidak menjadikan lembaga ini untuk menyelesaikan masalah bangsa,"
"Kita hanya berebut kekuasaan semata," ungkap Jimmy.
Jimmy merasa prihatin dengan nasib para pengungsi di tanah kelahirannya.
"Sementara orang di Papua membutuhkan kehadiran lembaga negara untuk menyelesaikan masalah mereka,"
Untuk kedua kalinya Jimmy menghentikan pembicaraannya karena terisak.
"Kasihan pengungsi-pengungsi itu tidak ada perhatian dari kita,"
"Kami orang Papua tidak pernah bermusuhan dengan saudara-saudara kami,"
"Ulah kalian di Jakarta ini menyebabkan semuanya terjadi di sana," imbuhnya.
Putra Papua ini bahkan menuntut pemilihan ketua MPR dipercepat, agar segera melihat program ketua MPR yang baru.
"Kerakusan kekuasaan yang luar biasa, kalian jadikan rakyat di daerah korban adu domba,"
Baca Juga: 3 Fakta Tentang Veronica Koman yang Merupakan Penyebab Kerusuhan di Papua
"Oleh karena itu percepat saja pimpinan MPR biar kita lihat MPR mau bikin apa, buat selesaikan masalah di daerah ini," ungkap Jimmy.
Jimmy juga menuntut uluran tangan dari para anggota MPR untuk membantu menyelesaikan masalah di Papua.
"Tidak usah tersandera dengan kelompok yang belum ada wakilnya, percepat saja pilih ini pimpinan MPR, karena kita mau MPR hadir untuk selesaikan masalah di Papua,"
"Itu lebih penting, kita berharap semua anggota MPR sumbang menyumbang membantu para pengungsi di Papua, haris disetujui, kalau tidak mau keluar kantong, kamu bukan negarawan, penipu semuanya," imbuhnya.
Konflik di Papua meledak setelah beredar sebuah video seorang guru yang meminta muridnya untuk membaca dengan keras.
Namun di video yang beredar di media sosial, sang guru seolah mengatakan bahwa sang murid seperti kera.
Dari peristiwa tersebut muncul konflik yang lebih besar, bahkan memakan banyak korban jiwa.
(*)