Grid.ID - Warga Kampung Cihandeleum, Desa Sukamalya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta tak menyangka tempat tinggal mereka akan dihujani bebatuan raksasa.
Kampung Cihandeleum, dihujani batu-batu besar pada Selasa (8/10/2019) siang.
Namun, hujan batu besar tersebut bukan disebabkan oleh bencana alam.
Mengutip Kompas.com, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Trunuyudo Wisnu Andiko menyebut batu besar yang menimpa Kampung Cihandeleum adalah akibat aktivitas tambang di sekitar lokasi.
Aktivitas tambang tersebut dilakukan oleh PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS).
Beberapa saat sebelum kejadian, PT MSS sedang melakukan blasting atau peledakan batu sekitar pukul 13.00 WIB.
"Dari hasil pengecekan di lapangan oleh anggota dan menurut keterangan saksi, batu tersebut jatuh dari ketinggian sekira 500 meter ke rumah warga yang ada di bawah gunung," ungkap Truno.
Detik-detik mencekam saat hujan batu raksasa itu terjadi pun sempat viral di media sosial.
Salah satu videonya, diunggah oleh akun Instagram @tribunjabar.
"Batu-batu berukuran besar segede gajah dari perbukitan menimpa bangunan rumah dan sekolah di Purwakarta," begitu yang ditulis akun Instagram @tribunjabar pada Rabu (9/10/2019).
Dalam video tersebut, terlihat seorang warga berlarian mencari tahu keadaan rumahnya.
Tampak sebuah rumah yang remuk tertimpa batu seukuran gajah dewasa.
Terdengar pula suara jeritan warga lainnya, begitu pula dengan tangisan anak-anak yang ketakutan.
"Astagfirullah, astagfirullah," ucap perekam video, seakan tak percaya dengan kejadian yang menimpa desanya.
Akibat hujan batu besar itu, setidaknya tujuh rumah warga dan satu bangunan sekolah rusak parah.
Pihak penambang, PT MSS, sudah memberikan pernyataan kepada para warga Kampung Cihandeleum.
"Tadi yang dibilang Bapak-bapak (warga) akan saya sampaikan.
"Yang jelas rumah-rumah akan kami selesaikan, sudah pasti, jangan takut.
"Saya juga tidak ingin musibah. Kami bicara win-win solutions, sama-sama senang," ungkap Direktur Teknik PT MSS, Bambang Yudhaka, dikutip dari Tribun Jabar.
Mendengar PT MSS menganggap hujan batu itu hanyalah musibah, seorang warga langsung protes.
"Itu bukan sepenuhnya pure musibah Pak, itu keteledoran.
"Cara blastingnya sudah dekat dengan pemukiman masyarakat," ucap Dodi Dores (37) menginterupsi.
Sebagai warga, Dodi Dores mempertanyakan sikap PT MSS yang melakukan blasting di lokasi yang berdekatan dengan pemukiman warga.
"Kan kalau mau blasting masih banyak titik lainnya. Kenapa ini harus dekat dengan warga.
"Jadi diralat, mohon maaf dari kami sebelumnya itu bukan musibah tapi keteledoran," imbuhnya.
Mendengar protes tersebut, Bambang mengaku akan menyelesaikan permasalahan ini dengan baik-baik.
"Tujuan saya adalah untuk sama-sama menikmati gunung ini harusnya.
"Penghasilan buat kami, tapi kalau seandainya ada opsi lain akan saya sampaikan," pungkas Bambang. (*)