Find Us On Social Media :

Yuk Intip 6 Fakta dari Histrektomi Prosedur Pengangkatan Rahim

By Fahrisa Surya, Sabtu, 17 Februari 2018 | 16:57 WIB

6 Fakta Dari Histrektomi Prosedur Pengangkatan Rahim | boldsky

Grid.ID - Histerektomi adalah prosedur operasi untuk mengeluarkan uterus atau rahim wanita.

Untuk sementara ini histerektomi dilakukan untuk mencegah transformasi fibroid uterus/rahim yang ganas, kanker endometrium, mengobati masalah rahim, dan operasi perubahan jenis kelamin.

Dilansir Grid.ID dari laman boldsky merangkum sederet fakta tentang histerektomi yang belum kamu tahu.

(BACA: Hamil Saat Menopause, Mungkin Nggak ya? Ini Penjelasannya)

1.Hanya rahim yang diangkat

Walaupun pemahamannya bertolak belakang dengan pandangan banyak orang, indung telur seorang wanita tidak akan dihilangkan dalam histerektomi.

Secara teknis seorang wanita yang melakukan histerektomi masih bisa menjadi ibu, meski melalui ibu pengganti.

2.Dalam pelaksanaanya tidak membutuhkan tes PAP

Tes PAP adalah sebuah prosedur untuk menguji kehadiran kanker serviks pada wanita.

Jika seorang wanita menjalani histerektomi total, dimana serviks rahim dikeluarkan bersama uterus makan tes PAP tidak perlu dilakukan.

Berbeda bagi mereka yang menjalani hiterektomi parsial, tes PAP sangat dibutukan.

(BACA: Jadi Pilihan Bagi Sederet Selebritis, Ternyata Ini Dampak Konsumsi Sabu Untuk Tubuh)

3.Periode bulanan menstruasi akan berhenti

Saat periode bulanan berhenti makan kemampuan wanita untuk melahirkan anak dari rahim wanita juga akan berhenti.

4.Wanita tidak memiliki gejala menopause lagi

Wanita yang melakukan prosedur ini tidak akan mengalami menopause karena rahimnya sudah tidak ada.

(BACA: Duh, Bersih-bersih Rumah Pakai Semprotan Ternyata Ada Bahayanya nih!)

5.Resiko terkena kanker ovarium menurun

Hal ini dapat terjadi karena sebagian besra tuba falopi diangkat bersamaan dengan rahim selama histerektomi.

6.Beberapa alasan mengapa wanita melakukan histerektomi

Prosedur histerektomi disarankan oleh ahli beda jika pasien memiliki tumor rahim non-kanker, kanker rahim, prolaps organ endometriosis, dan perdarahan yang tidak terkontrol karena adenomiosis. (*)