Grid.ID – Kabar mengejutkan datang dari Menteri Kordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam).
Pasalnya, Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal saat hendak pulang setelah mengikuti acara di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019) lalu.
Mengutip laman Tribun Jabar (10/10/2019), Wiranto hadir di acara peresmian Gedung Kuliah Bersama di Universitas Matha'ul Anwar, di Kampung Cikaliung, Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.
Tak hanya mengejutkan, insiden ini berakibat fatal lantaran sang Menkopolhukam harus menjalani operasi dan kini masih dirawat di bagian ICU Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Polisi pun langsung bergerak cepat untuk meringkus pelaku penyerangan terhadap Wiranto.
Usai dibekuk, belakangan baru diketahui pelaku tersebut ialah Syahril Alamsyah alias Abu Rara (51).
Baca Juga: Istrinya Simpan Panah dan Busur di Brebes, Pria Penusuk Wiranto Justru Simpan Pistol di Kontrakannya
Syahril Alamsyah alias Abu Rara menusuk Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019) siang.
Tak sendiri, ia ternyata bersama seorang perempuan yang diakunya sebagai istri, Fitri Andriana (21) untuk ikut menyerang Menkopolhukam.
Sontak saja, aksi penusukan Menkopolhukam Wiranto menjadi topik yang begitu viral di media sosial.
Mulai dari video detik-detik penyerangan hingga foto saat sang Menkopolhukam ditusuk pelaku pun banyak beredar di Twitter maupun Instagram.
Bahkan, tagar Wiranto sempat memuncaki trending topic Twitter Indonesia pada hari terjadinya penusukan, yakni Kamis (10/10/2019).
Berdasarkan situs Trends24.in, tagar Wiranto dicuitkan hingga 99 ribu kali oleh para netizen dalam waktu 2 jam saja.
Ironisnya, cuitan para netizen bukannya berisi ungkapan simpati melainkan dipenuhi kalimat-kalimat bernada sinis.
Fenomena ini rupanya mengundang psikolog sosial Hening Widyastuti.
Dilansir laman Kompas.com (11/10/2019), Hening Widyastuti menyebut kasus penusukan Wiranto merupakan isu politis yang rentan dan sensitif.
Terlebih lagi, jabatan sang jenderal sebagai Menkopolhukam membuat insiden yang menimpanya seketika dibanjiri komentar dari publik.
"Pak Wiranto menjabat sebagai Menkopolhukam, ada kaitan secara langsung atau tidak langsung, yang bertanggung jawab dengan situasi kondisi keamanan saat ini yang tidak stabil di Indonesia," ujar Hening seperti dilansir Kompas.com.
"Kasus demo di mana-mana, serang menyerang lewat media sosial maupun di lapangan antara pendukung yang satu dengan yang lain, belum kasus kemanusiaan di Papua, dan lain sebagainya," imbuhnya.
Hening menambahkan semua isu yang sudah masuk dalam ranah politik pasti akan menjadi sesuatu yang sangat sensitif.
Tak heran jika kemudian ada pihak yang tadinya berada dalam satu kubu bisa berubah menjadi lawan karena benturan kepentingan pribadi dan golongan.
Ini diperparah dengan kebiasaan pendukung parpol atau tokoh publik tertentu yang cenderung fanatik dan tak dapat mengontrol emosi hingga mudah melontarkan ujaran kebencian.
"Bila ada seseorang yang dianggap sebagai lawan politik dari yang didukung, bila terjadi musibah atau accident pada mereka, maka (orang yang sudah menyimpan rasa benci) akan senang bahagia di atas penderitaan orang lain," Hening menjelaskan.
Baca Juga: Bukan Orang Sembarangan, Peneliti Terorisme Ungkap Pelaku Penyerangan Wiranto Adalah Orang Terlatih!
"Mungkin awalnya karena merasa dikecewakan oleh pemerintah, karena erat kaitannya dengan situasi Papua dan demo krisis kemanusiaan, akan menimbulkan rasa benci yang sangat dalam kepada masyarakat.”
"Akhirnya, ketika ada musibah (pada Wiranto) yang harusnya kita merasa prihatin, belum tentu hal yang sama dirasakan mereka (yang kecewa). Ini malahan jadi kabar gembira, berita yang menyenangkan,” tandasnya.
Hening berkata, kedua hal ini secara tidak langsung berkaitan dengan carut marut atas situasi ekonomi, sosial, keamanan, serta politik yang tidak stabil pada Indonesia. (*)