"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menko Polhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya tiga meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat," kata peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib kepada Tribunnews via Grid.ID.
Kedua pelaku melakukan aksinya dengan sangat rapi hingga polisi tidak menaruh curiga.
Mereka pun juga diketahui mengincar posisi yang tepat di mana tidak ada pengawasan ketat di situ.
Yakni di sudut sebelah kiri tepat di samping Kapolsek.
"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang Pak Wiranto. Sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan," kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.
Ia pun juga menilai pelaku sebagai orang yang terlatih jika dilihat dari caranya memegang senjata.
"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reserve grip atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa," ujarnya lebih lanjut.
Untuk senjatanya, menurut keterangan pihak kepolisian, pelaku menggunakan kunai.