Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Densus 88 menangkap terduga teroris berinisial TH (20) pada Jumat (11/10/2019) kemarin.
Penangkapan ini dilakukan di kediamannya yang berada di kawasan Bambu Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat.
Kabar ini pun sudah dikonfirmasi oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
"Ya benar (ada penangkapan itu)," ucap Kombes Argo Yuwono kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019).
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, pelaku berinisial TH atau Taufik Hidayat ditangkap di rumah kontrakan orang tuanya.
TH disebut terlibat dalam kelompok media sosial pendukung ISIS atau Daulah.
Dirinya juga diketahui telah berbaiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi, bersama dengan kelompok Abu Zee.
Terbukti dari keterangan yang menyebut TH telah mengikuti idad atau pelatihan penyerangan di Taman dan Lapangan Perumahan Puri Cendana.
Selain itu, beberapa barang yang berhubungan dengan ISIS juga ditemukan dalam penangkapan TH di kediamannya.
Di antaranya dua buah bendera, sebuah ikat kepala, dua buah topi, selembar foto pahlawan pembela Islam, dan tujuh buah buku.
Namun yang paling mencolok adalah ditemukannya tiga buah bandel dan delapan kertas catatan ISIS.
Menanggapi penangkapan anaknya ini, orang tua TH, Yuspian (49), mengaku perilaku anak pertamanya itu memang sudah berubah sejak memiliki buku jihad.
Buku itu dia dapatkan sejak masih bersekolah SMK pada tahun 2015.
"Dia punya bendera sama buku itu dari pas SMK kelas 1 Tahun 2015. Kalau benderanya disimpan aja di lemari enggak pernah dibawa-bawa, tapi kalau bukunya dulu sering dia baca," katanya kepada Tribun Jakarta.
Yuspian pun sempat melarang anaknya mempelajari buku itu sebab dikhawatirkan sang anak akan terpapar paham radikal.
Baca Juga: 68 Terduga Teroris Ditangkap Sepanjang 2019, Sebut Rencana Penyerangan 22 Mei Mendatang
Namun bukannya menurut, TH malah membangkang.
"Waktu itu sudah pernah saya larang, kayaknya tulisan kayak gini dilarang, tapi sama dia masih disimpan aja itu. Jadi kalau kita bilangin itu malah galakan dia," kata Yuspian lebih lanjut.
Yuspian tidak mengetahui darimana anak pertamanya itu mendapatkan buku jihad.
Sebab sang anak selalu menghindar ketika ditanya terkait asal muasal bukunya tersebut.
Semenjak membaca buku jihad itu, perilaku TH pun mulai berubah menjadi pendiam dan tertutup dari warga.
Apalagi sejak sang ibu meninggal pada 2017 silam.
"Dari kecil dia emang dekatnya sama ibunya. Pas ibunya almarhum, dia jadi kayak gimana gitu dan fokusnya ke buku itu. Kalau saya ngomong jangan baca buku itu enggak pernah didengerin sama dia," kata Yuspian.
(*)