Laporan Reporter Grid.ID, Afif Khoirul Muttaqin
Grid.ID - Pemindahan secara paksa di Republik Afrika Tengah kini mencapai rekor dengan jumlah pengungsi yang sangat besar.
Tercatat kota Paoua sekarang menampung lebih dari 65.000 orang pengungsi sejak akhir Desember, akibat konflik panjang yang melanda daerah tersebut.
Maraknya kekerasan pada tahun 2017-2018 telah mendorong jumlah pengungsi internal kini menjadi 688.700.
(BACA: Pengen Naik Kereta Rasa Jet? Coba Naik Kereta Tercepat Di Afrika)
Angka tertinggi sejak krisis dimulai pada tahun 2013, dan sejumlah 542.380 pengungsi lainnya berada di negara-negara tetangga, menurut data dari PBB.
Hal ini akibat jumlah dari kelompok Bersenjata Gerakan Nasional Pembebasan Republik Afrika Tengah (MNLC), terus berkembang.
Dilansir Grid.ID melalui Aljazeraa, serangan terhadap warga sipil dan bentrokan antara kelompok bersenjata juga dalam frekuensi tinggi.
Seorang warga bernama Delphine Lokaingoto (30) beberkan peristiwa nahas yang dialaminya, ketika keluarganya dibantai oleh kelompok bersenjata tersebut.
Ketika pemberontak menyerang desanya, Delphine Lokaingoto masih terlalu lemah dalam persalinan untuk menggendong lebih dari satu anaknya.
Lokaingoto kemudian melihat dari semak-semak saat pemberontak datang memasuki kampungnya.
Lalu dia langsung menggendong bayinya yang baru berusia empat hari, dan memberi tahu anaknya yang lain, yang berusia tiga, empat dan enam tahun untuk berlari ke ladang.
"Kami mulai melarikan diri, dan saat itulah mereka menembak anak-anak dan suamiku."
Delphine mengatakan tiga dari empat anaknya, berusia tiga, empat dan enam tahun dan juga suaminya yang berusia 28 tahun ditembak mati.
Saat pemberontak dari Gerakan Nasional untuk Pembebasan Republik Afrika Tengah (MNLC) menyerang desa mereka, Beogombo IV.
(BACA: Wow, Deretan Negara Ini Sangat Istimewa Dalam Memperlakukan Wanita! Ada yang dari Afrika Timur)
"Untuk masa depan saya, saya hanya ingin Tuhan menolong saya untuk memiliki kehidupan yang baik sehingga saya dapat hidup dalam damai," kata Lokaingoto.
"Jika ada kedamaian, saya akan kembali ke desa. Tapi masih belum aman di sana."
MNCL dikabarkan telah melakukan operasi selanjutnya yang secara langsung menargetkan warga sipil. (*)