Kebanyakan dari para turis yang tersesat kemudian akan melaporkan kejadian yang dialaminya ke tim penyelamat, yang dalam hal ini adalah pemadam kebakaran atau penyelamat gunung.
Namun karena biaya operasional tim penyelamat berasal dari anggaran dana pemerintah lokal, ketika jumlah turis yang tersesat semakin banyak, maka akan membuat biayanya membengkak dan membebani pemerintah lokal.
Apalagi kalau lokasi turis tersebut berada jauh terpencil, biaya operasional yang dibutuhkan akan bertambah mengingat peralatan dan perlengkapanyang dibutuhkan semakin banyak.
Oleh karena itu, otoritas pemerintah setempat gencar melarang pemakaian Google Maps dengan memasang papan peringatan bertuliskan "Jangan mengikuti arahan dari Google Maps".
"Tak mungkin bagi kami melarang sepenuhnya. Jadi kami hanya memperingatkan para turis saja. Tapi tentu tak semua mengerti apa yang kami maksud," kata Corrias.
Pemerintah kota pun dikabarkan sudah melayangkan keluhan kepada Google perihal eror ini.
Namun hingga berita ini diturunkan, pemerintah kota Baunei tidak menerima respon apapun dari Google.
Jadi, mereka untuk sementara akan menggunakan pendekatan klasik dengan mendirikan banyak papan petunjuk dan peringatan bagi turis yang berniat menggunakan Google Maps.
(*)