Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Siapa yang tak kenal dan tak tahu aplikasi besutan Google bernama Google Maps?
Kebanyakan orang jaman sekarang pasti sudah familiar dengan aplikasi ini, bukan?
Aplikasi pemetaan yang dikembangkan oleh Google ini memang sudah terkenal karena memberikan kemudahan dalam menunjukkan arah dari atau menuju sebuah lokasi.
Baca Juga: 21 Tahun Menghilang, Pria AS Ini Akhirnya Ditemukan Sudah Jadi Tulang Belulang Berkat Google Maps
Namun secanggih-canggihnya buatan manusia, pasti terkadang ditemukan beberapa kesalahan.
Seperti yang dialami oleh turis-turis yang berkunjung ke Baunei, kota pegunungan di Italia.
Kebanyakan dari mereka tersesat ketika mengikuti panduan Google Maps menuju 'pantai tersembunyi' kota di Sardinia, Italia.
Bukannya sampai ke tempat tujuan, kebanyakan turis malah diarahkan ke jalanan yang susah dilalui mobil.
"Yang sebenarnya terjadi adalah wisatawan tidak biasa menempuh jalanan berdebu. Jadi, mereka menggunakan Google Maps. Namun tampaknya, Google Maps tidak membawa mereka ke tempat yang diinginkan," tutur Wali Kota Baunei, Salvatore Corrias, seperti yang dilansir Grid.ID dari Oddity Central.
Bahkan sepanjang tahun 2018 lalu, tercatat sudah ada sebanyak 144 kasus turis yang tersesat gara-gara Google Maps.
Kebanyakan dari para turis yang tersesat kemudian akan melaporkan kejadian yang dialaminya ke tim penyelamat, yang dalam hal ini adalah pemadam kebakaran atau penyelamat gunung.
Namun karena biaya operasional tim penyelamat berasal dari anggaran dana pemerintah lokal, ketika jumlah turis yang tersesat semakin banyak, maka akan membuat biayanya membengkak dan membebani pemerintah lokal.
Apalagi kalau lokasi turis tersebut berada jauh terpencil, biaya operasional yang dibutuhkan akan bertambah mengingat peralatan dan perlengkapanyang dibutuhkan semakin banyak.
Oleh karena itu, otoritas pemerintah setempat gencar melarang pemakaian Google Maps dengan memasang papan peringatan bertuliskan "Jangan mengikuti arahan dari Google Maps".
"Tak mungkin bagi kami melarang sepenuhnya. Jadi kami hanya memperingatkan para turis saja. Tapi tentu tak semua mengerti apa yang kami maksud," kata Corrias.
Pemerintah kota pun dikabarkan sudah melayangkan keluhan kepada Google perihal eror ini.
Namun hingga berita ini diturunkan, pemerintah kota Baunei tidak menerima respon apapun dari Google.
Jadi, mereka untuk sementara akan menggunakan pendekatan klasik dengan mendirikan banyak papan petunjuk dan peringatan bagi turis yang berniat menggunakan Google Maps.
(*)