"Sewaktu saya menjelaskan bahwa kami tidak memesan online, pria berbaju cokelat dan mengaku sebagai petugas tadi tidak menggubris dan terus memaksa dijelaskan di kantor saja."
Karena khawatir, Sari dan istrinya mengikuti driver tersebut untuk dibawa ke tempat yang disebut sebagai kantornya.
"Begitu sampai, kami diminta untuk turun. Masnya driver langsung ditemui seorang pria berbaju putih dg memakai ID Card yang saat itu tidak begitu jelas."
"Keanehan demi keanehan pun terlihat. Masnya driver tiba-tiba dibawa mojok di samping sebuah bangunan dengan cahaya kurang memadai."
Sari pun teriak, "Pak kalau mau ngobrol ke depan saja, di sini lebih terang. Kenapa harus mojok di belakang."
Teriakan pertama tersebut tidak digubris hingga Sari berteriak untuk kedua kalinya barulah digubris dan mereka berpindah tempat.
"Waktu itu, kami bertiga langsung dikerumuni setidaknya lima orang dari segala penjuru, depan, belakang. 4 pria berbaju cokelat2 dan seorang berbaju putih dengan menggunakan ID Card.
Hingga akhirnya terjadilah cekcok antara Sari dan para oknum tersebut, mereka bersikukuh jika tak boleh mengambil penumpang di area bandara.
(BACA: Hati-hati! Guru Wanita Ini Dirampok Kemudian Dibunuh Oleh Oknum Pengemudi Taksi Online)
Namun, Sari juga bersikukuh untuk menunjukkan bukti aturan yang melarang taksi mengambil penumpang di bandara.
Bahkan Sari menunjukkan ponselnya yang memperlihatkan jika dirinya tak memesan taksi online.
Perdebatan kian memanas dan ramai, Sari ditarik istrinya untuk meninggalkan tempat tersebut.
Bak diundang satu per satu, banyak taksi bandara mendatangi bangunan tempat mereka dibawa.
Sari dan istrinya pun memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut dengan berjalan kaki menuju tempat semula.
Hingga berita ini diturunkan belum ada kelanjutan dari peristiwa ini, Sari dan istrinya jalan hingga perempatan Colomadu yang jaraknya lumayan jauh dan memesan taksi lokal via telepon.
(*)