Grid.ID - Beberapa waktu lalu, publik Sumatera Selatan dihebohkan dengan penemuan jasad wanita PNS Kementerian PU Palembang bernama Aprianita (50).
Jenazah PNS Kementerian PU Palembang itu ditemukan telah dicor semen di tempat pemakaman umum (TPU) Kandang Kawat, Kecamatan Ilir Timur 2, Palembang, pada Jumat (25/10/2019) pada pukul 14.30 WIB.
Dari hasil penyelidikan, kepolisian Polda Sumsel telah memastikan bahwa PNS Kementerian PU Palembang itu merupakan korban pembunuhan.
Mengutip Tribun Sumsel, kepolisian Polda Sumsel mengatakan ada 4 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Aprianita.
Mirisnya, salah satu pelaku pembunuhan tak lain dan tak bukan adalah rekan kerja sekantor yang bertahun-tahun duduk di samping korban.
Teman sekantor korban, Yudi Tama (41) telah ditangkap kepolisian.
Aksi pembunuhan Aprianita ini diotaki Yudi lantaran pelaku memiliki utang sebesar Rp 145 juta kepada korban.
Kaki tangan Yudi, Ilyas Kurniawan (26) juga telah diamankan kepolisian lantaran menerima Rp 4 juta untuk membantuk membunuh korban.
Namun, ada dua tersangka yang hingga kini masih menjadi buronan polisi.
Dua tersangka itu adalah Novari alias Nopi alias Aci (57) serta anak buahnya, Amir.
Keduanya yang berprofesi sebagai tukang gali kubur di TPU Kandang Kawat itu diupah 11 juta oleh tersangka Yudi untuk membunuh korban.
Mengetahui ayahnya kini menjadi buronan polisi, anak tersangka Nopi, TG (17) hanya bisa pasrah.
Apalagi, kini ia tahu ayahnya diincar aparat kepolisian lantaran telah membunuh PNS Kementerian PU dengan cara yang keji.
Kepada wartawan, TG bercerita jika ayahnya sempat pulang ke rumah setelah membunuh korban.
Namun kepulangan tersangka Nopi itu hanya sebentar.
Nopi pulang lantaran ingin pamit dan meminta maaf kepada anak istrinya.
"Pada tanggal 20 kemarin, Papa pamit. Minta maaf, sudah melakukan itu.
"Kami terkejut Papa bilang begitu. Setelah itu Papa pergi," ucap TG, dikutip dari Kompas.com.
Pasca perginya sang ayah yang kini jadi buronan kasus pembunuhan, TG terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.
Pemuda yang masih duduk di bangku SMA itu kini menggantikan ayahnya menjadi tukang gali kubur.
Tak tahu keberadaan ayahnya, TG hanya bisa berharap sang ayah untuk pulang dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Adik-adik kangen. Mama juga sekarang lagi sakit-sakitan. Kalau bisa Papa pulang," pungkas TG berharap. (*)