Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Di Semarang ada satu warung makan yang unik, bukan karena menunya namun karena cara pembayarannya.
Ya, warung makan Mbah Min yang berada di dekat kawasan komplek Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang ini memperbolehkan pelanggannya membayar menggunakan sampah plastik.
Namun tentu saja, sampah plastik yang digunakan sebagai pengganti uang haruslah sampah plastik yang bisa didaur ulang, seperti botol bekas dan tas plastik bekas.
Baca Juga: Rayi RAN Sering Bawa Tumbler Saat Manggung, Alasannya Tak Mau Kotori Bumi dengan Sampah Plastik
"Sampah plastik yang bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum. Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," ucap Sarimin sang pemilik warung.
Melansir dari Kompas.com, Sarimin (59) dan sang istri, Suyatmi (45), mengaku membuka warung makan ini atas ide dari pembicaraan bersama dengan Unit Pengelolaan Teknis (UTP) TPA Jatibarang untuk mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai.
Saat itu, Sarimin bersama istri yang kesehariannya masih menjadi pemulung berniat untuk mencari solusi mengurangi sampah plastik di Semarang.
Baca Juga: Kurangi Sampah Plastik, Aryo Wahab Berhenti Pakai Sedotan
"Sebelum buka warung ini, dulu tahun 2013 saya dan istri saya cuma pemulung. Sehari-harinya cari rongsok dan sampah buat sekolahin anak dan kebutuhan hidup. Modal juga enggak punya. Lalu ketemu Pak Agus dari UPT (Jatibarang), akhirnya tercetus ide buka warung ini," terang Sarimin.
Kini, warung makan yang sudah berdiri selama 4 tahun itu memiliki omset selangit yang hingga bisa ia gunakan untuk membiayai kedua anaknya kuliah.
Mekanisme pembayaran warung makan yang menyediakan berbagai ragam lauk-pauk itu memang cukup unik.
Pertama-tama, sampah plastik yang dibawa pemulung akan ditimbang dengan harga beli Rp 1 ribu per kiloram plastiknya.
Barulah nanti, mereka dapat memilih menu yang ada di warung milik Sarimin di mana harga yang dipatok juga tidak mahal.
"Pemulung datang bawa sampah plastik, lalu ditimbang. Minimal harus bawa 20 kilogram, biasanya seharga Rp 20 ribu. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," terang Sarimin.
Baca Juga: Destinasi Wisata Bersih dari Sampah Plastik
Dengan mekanisme pembayaran seperti ini, Sarimin juga berharap dapat memudahkan pemulung untuk membeli makan maupun minum di warung makan miliknya.
"Iya juga bisa membantu masyarakat sini dan pemulung sini. Ya, sangat terbantu, lah," ungkap Dwi Praasetyo, salah seorang warga Ngaliyan, Semarang, seperti yang dikutip Grid.ID dari Kanal Youtube KompasTV.
Lebih lanjut, Sarimin mengaku kalau dirinya rata-rata bisa mendapatkan 2 ton sampah plastik yang dibayarkan para pemulung ketika makan di warungnya.
Baca Juga: Peduli Lingkungan, Tulus Kampanye Gerakan Pengurangan Sampah Plastik Lewat Lagu
Sehingga setidaknya dua sampai tiga minggu sekali, ia dapat mengirimkan 2 ton sampah plastik tersebut ke pabrik luar kota untuk diolah lagi menjadi biji plastik.
Sarimin pun bersyukur dari usahanya membuka warung makan ini, dirinya bisa memperoleh omset yang cukup selangit baginya karena bisa menjadi biaya bagi kedua anaknya kuliah.
"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 hingga 3 juta setiap bulan. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya Alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyopir truk sampah," ungkap Sarimin lebih lanjut.
Baca Juga: Ada Sampah Plastik yang Terlihat di Luar Angkasa? Kok Bisa Ya?
Kini, berkat usahanya membantu para pemulung dan warga setempat mengurangi sampah plastik di Semarang, Sarimin san Suyatmi pun sempat diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changer dari stasiun televisi CNA.
(*)