Grid.ID - Seorang guru cantik bernama Savina Arsy Wijaya, menjadi salah satu korban tewas yang tertimpa atap sekolah di Pasuruan, Jawa Timur.
Bukan Fina Choironi seperti yang diberitakan sebelumnya, guru cantik bernama Savina Arsy Wijaya ini lah yang menjadi korban tewas saat atap SDN Gentong Pasuruan runtuh.
Kejadian runtuhnya atap SDN Gentong yang menewaskan guru cantik Savina Arsy Wijaya ini terjadi pada Selasa (5/11/2019) pagi sekitar pukul 08.15.
Anehnya, Savina ternyata sempat berpamitan kepada orangtuanya sebelum meninggal dunia pada kejadian nahas tersebut.
Hal ini diungkap langsung oleh ayah korban, Eko Wijaya.
Menurut pengakuan Eko, putrinya sempat bertingkah aneh pada 2 minggu sebelum meninggal dunia.
"Saya ingat betul saat dia menyampaikan itu. Intinya ia mengajak saya, mamanya, dan adiknya untuk makan malam.
"Disitulah, ia berpamitan," ungkap Eko, dikutip Grid.ID dari Surya Malang.
Pada malam itu, Eko selaku orangtua dibuat heran dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Savina.
Bahkan, ucapan putrinya itu sampai membuat ibu korban stress dan menangis.
"Kira - kira omongannya seperti ini. Ma, pa, kalau aku seperti mas Febri, mama papa jangan sedih.
"Boleh sedih tapi jangan berlarut - larut. Makan yang enak seperti biasanya ya," ucap Eko dengan suara lirih.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Eko mencoba meneruskan kenangan terakhirnya bersama korban.
"Setelah pulang itu, dan Savina tidur. Istri cuma bilang, kenapa anakmu tadi.
"Kenapa dia bilang seperti itu? Ada apa?
"Saya cuma bisa menenangkan istri saya dan berharap dia tidak memikirkannya," lanjut Eko.
Ternyata apa yang ia pikirkan itu benar terjadi.
Dua minggu kemudian, tepatnya pada Selasa (5/11/2019), Eko mendapat pesan singkat.
Pesan itu berisi kabar jika putrinya, Savina Arsy Wijaya yang bekerja sebagai guru di SDN Gentong, tewas tertimpa atap sekolah.
"Pikiran saya kacau. Saat itu saya sudah tidak karuan. Gugup setengah mati.
"Omongan Savina dua Minggu sebelumnya terus membayangi saya selama perjalanan ke rumah sakit.
"Saya hanya berdoa, anak saya selamat dan bisa sembuh seperti semula," ujar Eko.
Sudah berdoa dan berharap, Eko kini sadar jika takdir telah menentukan nasib putrinya.
"Kami berusaha ikhlas. Jadi, omongannya soal mas Febri itu benar.
"Mas Febri itu adalah mas keponakannya yang meninggal karena kecelakaan.
"Sedih itu pasti, tapi kami berusaha sabar dan ikhlas menerima ini semua," tambahnya.
Kepada wartawan, Eko bercerita jika putrinya dikenal sebagai anak yang baik, di lingkungan rumah maupun di sekolah.
"Kemarin saya dapat informasi dari guru - guru, kalau Sevina ini sempat membantu anak - anak SD yang ada di Kelas V A, karena sakit tidak ikut olahraga keluar dari bahaya.
"Tapi dia justru gagal lolos dari bahaya," katan Eko.
Padahal menurut Eko, gaji yang diterima Savina selama menjadi guru di SDN Gentong terhitung sangat kecil.
Per bulannya, Savina hanya menerima gaji Rp 300 ribu.
Meski sedikit, uang itu digunakan Savina untuk menempuh pendidikan PGSD semester 1 di Universitas Terbuka di Pasuruan.
Selain itu, Savina juga dikenal tak pelit di mata teman-temannya.
"Temannya banyak. Dia juga tidak pelit kepada temannya. Dia sering nraktir temannya kalau habis gajian," pungkas ayah korban.
Selain Savina, seorang siswi SD bernama Irza Almira (8) turut tewas dalam kejadian nahas tersebut.
Kini, pihak kepolisian Polda Jatim rencananya akan memeriksa 9 saksi guna menyelidiki kasus robohnya atap sekolah SDN Gentong.
Mengutip Kompas.com, Saksi-saksi yang diperiksa mulai daripihak Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, Kepala SDN Gentong, bendaha sekolah, hingga tukang yang bertugas merehab gedung sekolah.
Selain pihak kepolisian, Mendikbud Nadiem Makarim juga telah mendatangi SDN Gentong pada Kamis (7/11/2019) kemarin.
Selain menengok kerusakan sekolah, Nadiem juga menggelar rapat tertutup di salah satu ruang kelas SDN Gentong bersama Sekkota serta Kepala Sekolah SDN Gentong. (*)