Dua minggu kemudian kulit Mirzyan malah jadi kering dan kasar hingga mengeras layaknya plastik jika dipegang.
"Kalau dipegang agak keras seperti lapisan plastik itu, tidak kenyal seperti kulit bayi biasanya," ungkap Qomar.
Kulit Mirzyan yang mengeras itu pun lama kelamaan retak dan pecah seperti lapisan tanah yang terlalu kering.
*Ditangani 4 Dokter Spesialis*
Kini bayi Mirzyan sudah dapat tidur dengan nyenyak setelah mendapat perawatan oleh 4 dokter spesialis RSUD Nunukan.
Direktur RSUD Kabupaten Nunukan, Dulman, mengatakan saat ini tim dokter masih melakukan diagnosis lengkap terkait kondisi bayi Mizyan.
"Kemungkinan bayi ini menderita dermatitis seboroik, itu berdasarkan hasil penelitian anatomi," ujarnya, seperti yang Grid.ID kutip dari Kompas.com.
Dulman menjelaskan kalau dermatitis seboroik merupakan gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe dan berwarna kemerahan.
Dermatitis seboroik sendiri menurutnya merupakan kasus yang umum terjadi, namun memang menjadi kasus pertama di Kabupaten Nunukan.
Namun Dulman masih belum bisa memastikan penyebab dermatitis seboroik pada bayi Mizyan sebab masih diperlukan analisis lebih lanjut.
"Munculnya bisa karena faktor imun, higienitas yang buruk atau kadang jamur. Banyak faktornya, kita masih lakukan pemeriksaan lanjutan," ucapnya kemudian.
Untuk menanggulangi sementara penderitaan bayi Mizyan akibat dari gatal, tim dokter memberikan obat sejenis salep serta antibiotik.
Kini Qomar pun mengaku lega karena bayinya sudah bisa tidur dengan lebih nyenyak.
"Sudah bisa tidur lebih banyak dengan tenang, mungkin rasa gatal di kulitnya berkurang sejak diberikan salep," ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (07/11/2019).
(*)