Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID - Menjadi orang tua itu tidaklah mudah. Apalagi jika harus mengajari anaknya yang tidak bisa matematika.
Kesulitan itu dirasakan oleh seorang ibu di Hubei, Tiongkok.
Karena frustrasi mengajari anaknya matematika, ibu tersebut sampai terkena serangan jantung yang hampir merenggut nyawanya.
Baca Juga: Sukses Berkarier di Indonesia, Jirayut Janji Besarkan Musik Dangdut di Thailand
Mengutip laporan Asiaone, Jumat (11/8/2019), seorang ibu bernama Wang kala itu sedang membantu putranya mengerjakan PR pada 1 November.
Setelah berulang kali diajari namun si anak tak juga paham, Wang kemudian naik pitam.
Wang mulai memarahi anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD itu.
"Saya sudah menjelaskannya berkali-kali kepadanya tetapi dia masih tidak bisa memahaminya."
"Saya sangat marah sehingga bisa meledak."
"Tiba-tiba, jantungku berdebar dan aku tidak bisa bernapas dengan benar," katanya kepada wartawan dalam bahasa Mandarin.
Wang segera memanggil suaminya untuk membawanya ke rumah sakit.
Dokter Yang Xiaoxue dari Rumah Sakit Xinhua, mendiagnosis Wang menderita infark miokard, atau serangan jantung.
"Dia datang tepat waktu. Jika ada penundaan, dia bisa menderita gagal jantung," kata Yang kepada wartawan.
Dokter menerangkan, diet dan stres yang tidak sehat menjadi penyebab terbesar meningkatnya insiden penyakit jantung di antara pasien yang lebih muda seperti Wang.
Setelah nyaris mati, Wang yang membantu putranya mengerjakan PR setiap malam mengakui bahwa ia sering kesal kepada anaknya.
Tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa hal itu akan memiliki konsekuensi yang serius.
Sementara stres mungkin tidak dapat dihindari, Florence Huang, seorang psikolog yang berbasis di Hong Kong, mengatakan bahwa orangtua harus belajar mengelola emosi mereka.
Tidak hanya dapat memengaruhi kesehatan orangtua, emosi negatif seperti stres dan kemarahan juga memiliki efek buruk pada anak-anak.
"Ketika keadaan mengalami kemarahan dan agresi di rumah ini berkepanjangan."
"Harga diri anak-anak mungkin terpengaruh, yang mengarah pada menyalahkan diri sendiri dan perasaan malu, penghinaan, dan ketidakberdayaan," kata Huang. (*)