Grid.ID - Kekerasan yang terjadi di tingkat universitas seolah menjadi momok tersendiri bagi para mahasiswa.
Baru-baru ini, seorang mahasiswa di Universitas Taman Siswa Palembang, meregang nyawa setelah mengalami kekerasan saat mengikuti Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa (Diksar Menwa).
Muhammad Akbar (19) meregang nyawa setelah mendapat kekerasan dari kakak tingkatnya sendiri.
Peristiwa nahas tersebut terjadi di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada Oktober lalu.
Baru pada Senin (11/11/2019), pihak kepolisan dan 3 tersangka (R, IS, dan KI), melakukan reka adegan kekerasan yang dilakukan kepada Akbar.
Melansir laman Tribun Palembang, rekonstruksi tersebut dipimpin langsung oleh Kapolres Ogan Ilir, AKBP Imam Tarmudi.
Didampingi Kasat Reskrim Polres Ogan Ilir, AKP Malik Fahrin, aparat Sat reskrim Polres Ogan Ilir, dan pihak Kejaksaan Negeri Ogan Ilir.
Keluarga dan orang tua Akbar juga hadir di rekonstruksi tersebut.
Seperti dilansir Grid.ID dari Kompas.com, Malik mengungkapkan bahwa terlihat jelas adanya tindak kekerasan yang dilakukan tiga pelaku kepada Akbar.
Korban ditendang dan dipukul oleh tiga tersangka.
Bahkan salah seorang tersangka menendang kemaluan korban dari belakang, saat korban akan melakukan aktivitas di pagi hari.
Lebih parahnya lagi, kaki dan tubuh korban diikat dengan tali tambang oleh seniornya.
Sang pelaku sempat berdalih bahwa mengikat kaki dan tubuh korban untuk meluruskan kaki korban yang mengalami keram.
Sebelum meregang nyawa, Akbar sempar berteriak dan kejang-kejang.
"Saya sempat menenangkan Akbar (korban), yang berteriak-teriak setelah mendapat materi," ungkap Agustinus, salah seorang saksi, yang juga Ketua Satuan Menwa Taman Siswa.
"Ia teriak meluapkan emosinya, dalam posisi terbaring," lanjutnya.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, korban terlihat kesakitan memegangi kemaluannya.
Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Praja IPDN Saat Diksar, Subuh Masih Telepon Orang Tua, Sampai Bilang Teman
"Waktu itu ia seperti kesakitan, dan memegang kemaluannya terus menerus,"
"Akhirnya kami bawa ke Rumah Sakit," ungkap saksi lain yang berjenis kelamin perempuan, seperti yang Grid.ID kutip dari laman Tribun Palembang.
Faseta (26), ibu korban bahkan histeris melihat rekonstruksi pembunuhan anaknya.
Selama rekonstruksi berlangsung, tatapan Faseta kosong.
Sesekali Faseta meluapkan amarahnya dengan meneriaki para tersangka.
"Kejam sekali kalian, anak saya kalian perlakukan seperti itu," teriak Faseta.
"Anak saya di sini untuk pendidikan, kenyataannya dia disiksa sampai seperti di rekonstruksi itu," ungkapnya.
Faseta yang tak terima anaknya tewas mengenaskan, meminta hukuman yang seadil-adilnya untuk para tersangka.
"Harapan saya kepada ketiga tersangka dihukum mati," ujar Faseta.
Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan mendalam.
Masih ada kemungkinan tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Akbar bertambah.
(*)