Ia rupanya mengidap sindrom retensi feses yang kerap terjadi pada anak-anak dengan pengalaman buruk ketika buang air besar.
Dikatakan Lustbader, pasien sindrom retensi feses selalu bereaksi keras ketika tubuh memberikan sinyal untuk buang air besar.
Dia akan mengencangkan otot panggul dan bokong sehingga tinja tidak keluar menyeluruh dari ususnya, yang terdorong keluar hanyalah feses cair dengan jumlah yang sedikit.
Putri Marino Sah Jadi Istri Chicco Jerikho, Ini 5 Hal Menarik Cewek Medan Itu
Gejala umum pada anak-anak dengan sindrom ini adalah sakit perut, menjadi lebih rentan tersinggung, dan nafsu makan yang berkurang.
Dalam kasus yang kini terjadi di Inggris, pria tersebut ogah memakan apapun agar tidak buang air besar.
Namun, Lustbader berkata bahwa ini hanya solusi sementara yang bisa menyebabkan malnutrisi.
Lalu jika dia benar menelan narkoba, pembungkusnya bisa pecah di dalam usus dan menyebabkan overdosis.
Kalaupun jumlahnya kecil dan bisa diserap tubuh, polisi akan bisa mendeteksi keberadaan narkoba melalui urin.
Selain itu, menahan buang air besar begitu lama juga bisa menganggu mekanisme respons usus.
“Jika pria tersebut terus-terusan menolak buang air besar, kelak motilitas ususnya akan bermasalah. Ia akan butuh obat pencahar untuk mengaktifkan kembali kerja usus besar,” kata Lustbader.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pria Inggris Menolak Buang Air Besar Selama 40 Hari, Apa Jadinya?")