Akibatnya, asteroid ini sekrang sudah ditandai dan sedang dipantau dengan cermat oleh sistem pemantauan dekat Bumi NASA, Sentry.
"Sentry adalah sistem pemantauan tabrakan yang sangat otomatis dan terus-menerus memindai katalog asteroid terbaru untuk menghitung kemungkinan tabrakannya di masa mendatang dengan Bumi," ungkap pihak NASA.
Lebih lanjut, NASA menyebut dari 3.800 asteroid yang sedang dipantau saat ini, mereka yakin ada satu kemungkinan asteroid yang akan menabrak Bumi pada 6 Mei 2022.
Hal itu berarti ada 0,026% kemungkian Bumi hancur.
Kini, para peneliti dan insinyur pesawat terbang dari seluruh Eropa dan Amerika pun sedang bekerjasama mengerjakan proyek untuk membelokkan jalur asteroid JF1.
Proyek yang dinamakan Asteroid Impact Deflection Assessment (AIDA) ini terdiri dari beberapa tahap, yakni:
1. Para peneliti dan ilmuan akan dengan sengaja mengirimkan sebuah pesawat ulang alik tanpa awak untuk menabrakkan diri ke asteroid itu.
2. Kemudian peneliti akan mengirimkan pesawaat ulang alik kedua untuk menilai lokasi tabrakan dan mengumpulkan data tentang dampak tabrakan.
Salah satu pengontrol proyek The European Space Agency menambahkan, misi ini terbilang cukup aman pasalnya dapat dikontrol secara jarak jauh dari darat.
(*)