Grid.ID - Pernah tidak saat tidur di malam hari tiba-tiba kamu terbangun namun badanmu tidak bisa digerakkan?
Fenomena ini biasa disebut 'ketindihan' atau sleep paralysis.
Banyak yang mengaitkan peristiwa ketindihan ini dengan hal-hal berbau mistis, padahal sleep paralysis ini bisa dijelaskan secara ilmiah.
Untuk menjawab fenomena tersebut, sebuah studi terakhir menemukan alasan agar orang-orang yang pernah mengalaminya merasa lebih baik.
Baca Juga: Letakkan Bawang Putih pada Telinga, Rasakan Manfaat Tak Terduga ini!
Pasalnya, mempercayai ‘ketindihan’ sebagai fenomena mistis akan membuat masyarakat terus terjebak dalam ketakutan yang tidak beralasan.
Penjelasan yang dilansir dari HelloSehat ini memuat fakta bahwa selama siklus tidur Rapid Eye Movement (REM), otak manusia akan mengirimkan sinyal (glycine dan GABA) untuk ‘mematikan’ otot-otot tubuh sehingga kita tidak ikut bergerak selama bermimpi.
Ini adalah sebuah keterampilan evolusi yang penting untuk mencegah kita melukai diri sendiri atau teman tidur ketika kita bermimpi.
Lalu apa penyebab ‘ketindihan’?
Sebanyak 4 dari 10 orang pernah mengalami sleep paralysis. Gangguan tidur ini umumnya dialami oleh orang-orang di tahun remaja hingga usia dewasa muda.
‘Ketindihan’ bisa jadi faktor genetik, namun terdapat sejumlah faktor lain yang mungkin terkait dengan fenomena ini, seperti:
- Kurang tidur
- Waktu tidur yang berubah
- Stres atau gangguan bipolar
- Tidur telentang
- Gangguan tidur lainnya (narkolepsi atau kram kaki malam hari)
- Konsumsi obat tertentu, seperti obat ADHD
- Penyalahgunaan narkotika
- Perlu diingat, kurang tidur yang ekstrem dan stress menyebabkan siklus tidur yang berantakan.
Bisa saja Anda melewati tahapan non-REM (tidur ringan atau tidur ayam) dan langsung memasuki tahapan mimpi (REM) begitu mulai memejamkan mata.
“Saya yakin melihat makhluk gaib saat sedang ‘ketindihan’, kok!”
Sleep paralysis terjadi saat mekanisme otak dan tubuh menjadi tumpang tindih, tidak berjalan selaras saat tidur sehingga menyebabkan kita tersentak bangun di tengah siklus REM.
Saat seseorang terbangun sebelum siklus REM usai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dikondisikan dalam keadaan bermimpi, alias setengah tidur setengah sadar.
Maka dari itu, kamu akan merasakan tubuh kaku, sulit bernapas, dan tidak bisa berbicara saat ‘ketindihan’.
Seringnya, fenomena ini diikuti oleh halusinasi.
Banyak yang melaporkan bahwa mereka melihat sosok hantu, setan, dan bayangan hitam selama mengalami ‘ketindihan’.
Halusinasi adalah efek yang umum terjadi saat tubuh dan pikiran dalam keadaan setengah sadar, meskipun tidak selalu terjadi pada setiap kasus.
Lamanya waktu ‘ketindihan’ dari setiap orang bisa berbeda-beda, beberapa detik hingga beberapa menit.
Setelah gejala ‘ketindihan’ usai, kamu akan dapat kembali berbicara dan bergerak dengan normal.
Apa yang harus saya lakukan saat sedang ‘ketindihan’?
- Tenang, jangan dilawan.Melawan balik hanya akan memperparah kondisimu. Selain itu, melawan balik hanya akan meningkatkan intensitas rasa takut dan panik untuk segera terbebas yang justru akan memicu reaksi otak untuk memperkuat sensasi “setengah bangun, setengah tidur” ini.
- Kontrol rasa takutKemampuan untuk mengontrol rasa amat diperlukan untuk menghadapi kondisi ini.Jika dada terasa tertekan, visualisasikan bahwa kamu ikut mendorong masuk tubuh mengikuti tenaga yang menekan kamu. Dengan demikian, otak kamu akan perlahan memilih melakukan aksi dari dua pilihan: melanjutkan mimpi, atau bangun sepenuhnya.
- Gerakan jari kakiSebagian besar ‘ketindihan’ terjadi di tubuh bagian atas.Untuk mengatasinya, coba kerahkan seluruh konsentrasi untuk mengatur napas, gerakkan jari-jari kaki, gerakkan otot-otot muka (seperti mencium sesuatu berbau aneh), atau kepalkan tangan beberapa kali. Umumnya, hal ini akan membuat kamu bisa bergerak lagi.
Jadi, tindihen murni ilmiah. Bukan mistis. (Agus Surono) (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Bukan Soal Mistis, Ini Penjelasan Ilmiah tentang 'Ketindihan' dan Cara Mengatasinya