Parahnya lagi, gaji yang nominalnya amat sedikit itu, diterima Musri setiap tiga bulan sekali.
Tak ayal, Musri harus memutar otak demi bisa bertahan hidup.
Salah satunya dengan menjadi 'hantu' sundel bolong atau pocong.
Ya, selain sebagai guru honorer, Musri juga berprofesi sebagai badut hantu di sebuah rombongan organ tunggal yang biasa diundang ke acara pesta.
Rombongan organ tunggal yang diikuti Musri ini lebih dikenal warga Kabupaten Serdangbedagai dengan nama Keyboard Mak Lampir.
Pesta khitanan dan pernikahan, jadi kesempatan Musri dan rekan-rekan seperjuangannya untuk mencari pundi-pundi rezeki.
"Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan.
"Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong," ucap Musri.