Find Us On Social Media :

20 Tahun Mengabdi Cuma Digaji Rp 700 Ribu Sebulan, Guru Honorer di Sumut Rela Jadi Sundel Bolong dan Pocong Demi Sesuap Nasi

By Agil Hari Santoso, Selasa, 26 November 2019 | 12:19 WIB

20 Tahun Mengabdi Cuma Digaji Rp 700 Ribu Sebulan, Guru Honorer di Sumut Rela Jadi Sundel Pocong dan Pocong Demi Sesuap Nasi

Grid.ID - Masyarakat Indonesia baru saja memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada Senin (25/11/2019) kemarin.

Meski begitu, tetap saja ada kisah pilu yang masih dialami banyak tenaga pendidik di Tanah Air.

Terutama, para guru honorer yang masih tetap bertahan sebagai pengajar di daerah.

Baca Juga: Bocah 14 Tahun Nekat Tenggak Pestisida Usai Dibully Teman dan Guru Sekolah Lantaran Berasal dari Keluarga Miskin, Sempat Beri Pesan Terakhir ke Kakeknya Sebelum Bunuh Diri: Aku Ingin Pulang ke Desa...

Salah satu contohnya adalah Musri (46), seorang guru honorer asal Sumatra Utara ini.

Mengutip Tribun Medan, Musri adalah seorang guru honorer yang mengajar kelas VI SD Negeri No.105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara (Sumut).

Musri sudah 20 tahun mengabdi sebagai guru honorer.

Mirisnya, hingga kini Musri masih digaji Rp 700 ribu per bulan.

Baca Juga: Bandel Sejak Sekolah, Ari Lasso Ternyata Pernah Kepergok Guru Olahraga saat Ngintip Teman-teman Perempuan di Kelasnya Ganti Baju!

Parahnya lagi, gaji yang nominalnya amat sedikit itu, diterima Musri setiap tiga bulan sekali.

Tak ayal, Musri harus memutar otak demi bisa bertahan hidup.

Salah satunya dengan menjadi 'hantu' sundel bolong atau pocong.

Ya, selain sebagai guru honorer, Musri juga berprofesi sebagai badut hantu di sebuah rombongan organ tunggal yang biasa diundang ke acara pesta.

Baca Juga: Bak Patriot Zaman Dulu, Yuni Shara Tampil Cantik dalam Balutan Seragam Serba Hijau Saat Rayakan Hari Guru Nasional di PAUD yang Didirikannya

Rombongan organ tunggal yang diikuti Musri ini lebih dikenal warga Kabupaten Serdangbedagai dengan nama Keyboard Mak Lampir.

Pesta khitanan dan pernikahan, jadi kesempatan Musri dan rekan-rekan seperjuangannya untuk mencari pundi-pundi rezeki.

"Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan.

"Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong," ucap Musri.

Baca Juga: Belva Syah Devara, CEO Ruang Guru yang Ditunjuk Menjadi Staf Khusus Presiden Ungkap Rencananya ke Depan

Musri menyebutkan, dalam sebulan ia dan teman-temannya bisa tampil sebanyak empat hingga enam kali.

"Sekali tampil bisa bergaji Rp100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara," lanjutnya.

Meski profesi badut penghiburnya berbeda jauh dengan pekerjaannya sebagai guru honorer, Musri mengaku tak malu.

Baca Juga: 11 Bulan Mengajar Tanpa Digaji, Guru Honorer di Flores: Bagaimana Nasib Kami, Pak?

"Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja," ujar Musri.

Terlebih lagi, Musri merasa pekerjaannya sebagai badut penghibur pesta tak mengganggu kesehariannya sebagai guru.

"Walaupun pulang jadi hantu malam tapi saya usahakan jangan sampai mengganggu kerjaan jadi guru.

"Job jadi hantu itu biasanya Sabtu dan Minggu.

Baca Juga: Guru SMK di Bantul Menjerit Kesakitan dengan Perut Terhunus Pisau, Ternyata Ditusuk Murid yang Dibutakan Cinta

"Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut," jelasnya.

Lelaki yang tinggal di Desa Kesatuan, Kecamatan Perbaungan tersebut mengaku tak tahu sampai kapan ia harus bekerja sebagai badut.

Musri juga menyebut rekan-rekan guru dan para walimurid telah menerima pekerjaannya sebagai badut.

Baca Juga: Sakit Hati Dihina Guru di Depan Kelas Lantaran Tak Selesaikan PR Matematika, Bocah 12 Tahun Nekat Loncat dari Atas Gedung Sekolah

Pasalnya, mereka memaklumi karena tahu gaji sebagai guru honorer sangat lah kecil.

Keluarga juga tak pernah mempermasalahkan pekerjaannya.

"Saya dan istri sudah lama pisah.

"Kalau anak saya ada satu, tapi dia ikut dengan mamaknya di Medan," katanya.

Baca Juga: Kini Tajir Bergelimang Harta, Sule Terisak Ceritakan Masa Sulitnya Pernah Hidup di Jalanan Hingga Numpang di Rumah Gurunya: Kalau Dia Makan Ada Sisanya, Gue Makan....

Memperingati Hari Guru, Musri hanya bisa berharap agar pemerintah bisa memperhatikan kesejahteraan guru honorer seperti dirinya.

Seakan menjawab kegelisahan Musri, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi telah angkat bicara mengenai kesejahteraan guru honorer di wilayah pemerintahannya.

"Mengenai kesejahteraan guru, kita akan selalu perbaikan terus, kita akan selalu evaluasi ini pendapatan guru ini.

Baca Juga: Dihina, Dipukul hingga Buku PRnya Dilempar Sang Guru ke Lantai, Gadis 12 Tahun Ini Nekat Bunuh Diri dan Terjun dari Gedung Sekolah di Hadapan Teman-temannya

"Kita kemarin menaikkan honorer, dari Rp 40 ribu per jam menjadi Rp 90 per jam per mata pelajaran.

"Jangan lihat Rp 90 ribunya, karena naik Rp 90 ribu berarti naik Rp 50 ribu, satu tahun, itu naiknya (Rp) 250 M dari jumlah yang ada," ungkap Edy, dikutip dari Kompas.com.

Sependapat dengan Edy Rahmayadi, Kepala Dinas Pendidikan Sumut Arsyad Lubis mengakui bahwa guru honorer di Sumut belum bisa disebut sejahtera.

Baca Juga: Raul Lemos Sindir Soal Tukang Selingkuh, Guru Spiritual Krisdayanti Ungkap Kondisi Pernikahan sang Pengusaha: Setiap Rumah Tangga Pasti Ada Gesekan

"Sebenarnya, kita bilang sejahtera, itu memang belum.

"Tetapi paling tidak, Rp 90 ribu per jam, kalau dia dapat 24 jam perbulan, kalau dikalikan 90 saja, paling tidak sama dengan upah regional provinsi, Rp 2,4 juta.

"Kalau ukurannya UMP, maka pendapatan guru ini sudah hampir pas lah di batas minimal bawah," ujar Arsyad. (*)