Sebagai contoh, kata ‘tinggimini’ untuk menjelaskan kebiasaan masyarakat adat di Papua memotong jari sebagai tanda duka jika ada keluarganya yang meninggal.
2. Eufonik
Syarat kedua adalah eufonik atau enak didengar.
Sebuah kata jika dilafalkan harus memiliki bunyi yang lazim dan sesuai kaidah fonologi bahasa Indonesia.
Ini dimaksudkan agar kata tersebut mudah dituturkan oleh penutur bahasa yang berasal dari berbagai latar belakang bahasa ibu yang berbeda.
Misalnya kata ‘keukeuh’ dari bahasa Sunda menjadi ‘kekeh’.
3. Seturut kaidah Bahasa Indonesia
Yang dimaksud di sini adalah kosakata baru itu dapat digunakan dengan sistem pengimbuhan dan pemajemukan yang ada dalam kaidah bahasa Indonesia.
Baca Juga: Rindu Candaan Semasa Siaran, Bagito hingga Patrio Rayakan Reuni Akbar Radio SK
4. Tidak berkonotasi negatif
Syarat keempat adalam memiliki konotasi yang positif.