Laporan Wartawan Grid.ID, Afif Khoirul Muttaqin
Grid.ID - Berbekal peralatan medis sederhana dan keberanian, Um Diab membongkar puing puing bangunan yang runtuh pasca meletusnya perang di Ghouta.
Di saat semua orang memperingati Hari Perempuan Internasional, Um Diab justru bergelut di tengah perang yang mengancam nyawanya.
Um Diab bergerak di penampungan bawah tanah tempat ribuan orang Syria tinggal untuk menghindari teror bom di Ghouta Timur.
Dilansir Grid.ID melalui Al Jazeera pada Jumat (9/3/2018), Um Diab menunjukkan bagaimana peran wanita selama perang di Suriah.
( BACA : Kisah Haru Kakek Berumur 100 Tahun, Selamat Dari Kamp Penyiksaan Saat Jadi Tahanan)
Saat berjalan melalui tempat penampungan, dia membantu orang yang terluka dan sakit.
Diketahui Um Diab adalah seorang relawan asal Suriah yang dengan gigih memperjuangkan nyawa warga sipil dengan peralatan medisnya.
Um Diab dijuluki sebagai 'perawat Ghouta', seorang wanita berusia empat puluhan yang telah kehilangan anak-anaknya akibat penembakan pemerintah Suriah.
Tragedi yang menewaskan anak-anaknya telah mendorong Um Diab untuk merangkul orang-orang yang menderita di sudut Suriah.
( BACA : Hebat, Seorang Petani Berhasil Merakit Sepeda yang Terbuat dari Kayu)
"Saya berada di kota hantu. Anda hanya bisa melihat puing-puing dan kematian di mana-mana," kata Um Diab dalam sebuah video baru-baru ini yang beredar di media sosial.
Diketahui kondisi Ghouta Timur, pinggiran ibukota Suriah, telah berada di bawah kendali oposisi bersenjata sejak 2013.
Rumah sekitar 400.000 orang Syria ini adalah salah satu benteng pemberontakan terakhir yang masih tersisa untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Selama lebih dari lima tahun, pasukan pemerintah Suriah mengepung daerah tersebut dalam upaya untuk mengusir para pemberontak.
( BACA : Orang Terakhir Nazi Dikabarkan Tutup Usia Sebelum Dirinya Sempat Menerima Hukuman)
Dengan bantuan kampanye udara Rusia, pasukan Suriah telah meningkatkan serangan mereka sejak 18 Februari 2018 hingga lebih dari 900 orang terbunuh.(*)