Find Us On Social Media :

Pesan Pilu di Balik Ratusan Boneka Teddy Bear di Tangga Gedung Konser Berlin Jerman

By Linda Fitria, Jumat, 16 Maret 2018 | 18:34 WIB

Ratusan boneka disusun anak-anak Jerman untuk para pengungsi Suriah

Laporan Wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID –  Anak-anak sekolah di Jerman membuat tumpukan boneka beruang raksasa di Berlin.

Peristiwa langka tersebut terjadi pada hari Kamis (15/3/2018).

Tujuannya adalah untuk menunjukkan solidaritas atas banyaknya jumlah anak muda Syria yang tumbuh tanpa pendidikan.

Dilansir Grid.ID dari New Straits Times, anak-anak tersebut meletakkan 740 boneka teddy bear di tangga Konzerthaus Berlin.

Konzerthaus Berlin adalah sebuah gedung konser yang terletak di alun-alun Gendarmenmarkt di Distrik Mitte Tengah, Berlin.

(BACA : CIA Kirim Pesawat Siluman di Atas Langit Indonesia Tanpa Ketahuan)

Masing-masing boneka mewakili 1.000 pengungsi Suriah yang tak memperoleh pendidikan.

Bahkan banyak pengungsi anak-anak Suriah yang tinggal di kamp-kamp dekat perbatasan.

Ada lebih dari 2,5 juta pengungsi anak-anak Suriah.

Sekitar 740.000 di antaranya usia sekolah.

Namun mereka tidak memiliki akses terhadap pendidikan.

Hal ini disampaikan oleh badan amal World Vision Germany. 

(BACA : Seorang Dokter Ditikam Hingga Tewas di Ruang Pemeriksaan oleh Keluarga Pasiennya Sendiri)

Perang telah menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan 11 juta penduduk harus mengungsi.

"Saya telah menyumbangkan beberapa mainan lama saya ke sebuah kamp pengungsi di dekat kami," kata Fee Muehlemann, seorang gadis berusia 11 tahun.

Fee bahkan rela menerjang suhu dingin untuk membuat tumpukan boneka Teddy Bear itu.

"Kamu bisa membantu mereka dengan memperlakukan mereka secara normal, mengenalkannya pada kehidupan sehari-hari dan memberi anak-anak usia sekolah pendidikan," katanya.

Hussam Alheraky, seorang pengungsi Suriah berusia 18 tahun, mengatakan, "Ini adalah peringatan ketujuh kali revolusi."

"Ini berarti sesuatu yang besar, bahwa dunia tidak melakukan apapun. Dunia tidak memiliki hati nurani," ujar Hussam.

(BACA : Wah, Ternyata Teknik Masak Pasta 'Al Dente' Nggak Dikenal di Italia loh)

Perang sipil di Suriah kini memasuki tahun kedelapan sejak pertama kali pecah pada 2010.

Hussam Alherisy melarikan diri pertama kali ke Yordania.

Ia mengungsi setelah sekolahnya dihantam rudal selama ujian akhir.

Hussam tiba di Jerman pada akhir tahun 2016.

Ia kemudian belajar bahasa Jerman.

Berkat usaha gigihnya, Hussam berhasil masuk ke sebuah sekolah menengah yang selektif di Stuttgart.

(BACA : Lihat Apa yang Ditemukan Pria Ini di Balik Dinding Rumahnya, Bikin Merinding!)

Namun remaja laki-laki itu tetap khawatir dengan keadaan orang-orang yang ditinggalkannya di kamp pengungsian.

"Ada orang yang punya anak di sana. Mereka akan menikah dan punya anak, ada di perbatasan," kata Hussam.

"Tentu saja generasi itu tidak bisa menuliskan nama mereka sendiri," lanjutnya.(*)