Sebelumnya, pada Mei 2016, pemerintah Thailand mengumumkan penutupan Koh Tachai, sebuah pulau di negara tersebut.
Tunya Netithammakul, direktur departemen konservasi taman nasional, cagar alam dan tanaman, menjelaskan bahwa Koh Tachai membutuhkan waktu untuk pulih dari kerusakan akibat pariwisata.
“Berterima kasih pada keindahannya, Koh Tachai menjadi obyek wisata populer bagi turis asing maupun lokal. Ini menyebabkan Koh Tachai menjadi sesak. Sumber daya alam dan lingkungannya mengalami kerusakan,” jelas Netithammakul.
“Kami harus menutupnya agar rehabilitasi di pulau dan laut tidak terganggu oleh kegiatan pariwisata. Ini harus dilakukan sebelum kerusakan semakin parah dan tidak dapat diperbaiki,” tambahnya.
(Gritte Agatha Uji Keberanian dengan Naik Gondola Pantai Timang Yogyakarta)
Seminggu kemudian, tiga pulau di Thailand – Koh Khai Nok, Kok Khai Nui, dan Koh Khai Nai – juga dibatasi untuk umum.
Lebih dari 4000 turis mengunjungi pulau-pulau tersebut setiap harinya. Speedboat dan snorkeling menjadi kegiatan paling menarik bagi wisatawan.
“Sekelompok turis menghabiskan sekitar tiga jam untuk berenang, memberi makan ikan, dan snorkeling. Aktivitas tersebut membahayakan ekosistem laut, terutama terumbu karang,” kata Watcharin Na Thalang, kepala Department of Marine and Coastal Resources.
Ia menambahkan, speedboat memberikan tekanan pada ekosistem laut. (*)
(Artikel ini juga tayang di National Geographic dengan judul Pantai di Thailand Ditutup untuk Umum Karena Sering Dirusak Turis)