Laporan wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Teror ular baru-baru ini semakin meresahkan warga.
Pasalnya, ular merupakan hewan reptil yang memiliki racun dan sebagian dapat mematikan.
Keresahan dan ketakutan masyarakat dengan reptil satu ini memang tengah melanda berbagai daerah.
Namun, ketakutan ini tak dirasakan wanita berusia 55 tahun asal kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Bayumas, Jawa Tengah.
Di garasi rumahnya yang tak terlalu besar, Lin Ayu, nenek satu cucu ini memelihara ratusan ekor ular, kutip Grid.ID dari Kompas pada Sabtu (21/12/2019).
Berbagai macam jenis ular menjadi koleksinya mulai dari ukuran kecil hingga panjangnya lebih dari 6 meter.
Ular milik Lin Ayu ini ditempatkan di berbagai macam wadah boks dan akuarium.
Melansir dari Tribunnews, Lin mengaku telah mengoleksi berbagai ular sejak tahun 1990.
"Saya sudah memelihara ular sejak remaja. Dulu awalnya sering menangkap ular di sawah, saya bawa ke mana-mana," kata Lin saat ditemui di rumahnya, baru-baru ini.
Ya, hampir 30 tahun Lin mulai mengkoleksi dan tinggal bersama ratusan ular miliknya itu.
Kala itu Lin, Ayu mengaku memiliki ular sanca sepanjang 3 meter.
Lin tak dapat menjelaskan secara detail, bagaimana awal mula ia mulai tertarik dengan ular.
"Tidak bisa menjelaskan, tapi saya bisa merasakan, apalagi dengan ular yang berbisa. Saya sudah digigit berkali-kali, biasanya diobati dengan ramuan dari dedaunan," tutur Lin.
Kini Lin, justru lebih banyak melakukan kegiatan edukasi kepada masyarakat dan sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman mengenai seluk beluk ular.
Bahkan Ia dan kelompoknya yang tergabung dalam Banyumas Wong Reptil (Bawor), kerap diminta tolong untuk menangkap berbagai ular.
"Biasanya ada yang menghubungi minta tolong untuk rescue. Kebanyakan di wilayah Purwokerto dan sekitarnya, pernah juga dimintai tolong untuk menangkap ular yang masuk ke rumah di Depok, Jawa Barat," kata Iin.
Lin bahkan tak mematok tarif bagi orang yang meminta pertolongan padanya.
Ia dan komunitasnya melayani dengan senang hati, namun dengan catatan waktunya memungkinkan.
(*)