"Jadi biar mengerti semua, memang secara industri tarif penerbangan di Indonesia sudah sangat murah,” ungkap Fuad.
Lebih lanjut Fuad menjelaskan jika maskapai harus menurunkan tarif lebih dari itu, maka Garuda bisa merugi.
Fuad pun kemudian mencontohkan belasan maskapai penerbangan di Indonesia yang telah gulung tikar karena mengalami kerugian.
“Dari sisi harga industrinya sudah tidak sustain sama sekali. Industrinya bisa rusak sendiri dan mati.
"Sudah lebih dari 15 airlines yang mati dalam 10 tahun karena kompetisinya tidak sehat," lanjutnya.
Tahun ini, Garuda Indonesia telah menjual tiketnya 85 persen dari tarif batas atas.
“Dari 2016 Garuda hanya menjual 60 persen dari tarif range-nya. Citilink 30 persen di bawah.
"Sehingga secara rata-rata Garuda kenaikan harganya 25 persen. Citilink 40 persen setiap tahunnya," tandasnya.
(*)