Find Us On Social Media :

Hannah Al Rashid Jadi Kaki Tangan Mafia di Film DO[S]A

By Okki Margaretha, Rabu, 21 Maret 2018 | 21:35 WIB

Saat pemotretan majalah

Laporan Wartawan Grid.ID, Nurul Nareswari

Grid.ID - Hannah Al Rashid tengah sibuk dengan berbagai poject film, antara lain 'Jailangkung' dan 'Buffalo Boys'.

Selain itu, wanita berusia 32 tahun ini juga terlibat dalam miniseri yang merupakan hasil kolaborasi Malaysia, Indonesia dan Singapura yang berjudul DO[S]A.

Hannah menilai film yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan ditulis oleh Salman Aristo itu menarik karena mengambil referensi dari kondisi politik Indonesia.

(Hannah Al Rashid Hadiri Seminar Womenwill dari Google di Tokyo, Intip Kisahnya di Sini yuk! )

Ditambah lagi perannya yang cukup menantang sebagai kaki tangan mafia bernama Zsazsa.

"Menariknya, peran Hannah di sini adalah orang yang kerja buat mafia.”

“Karakter saya adalah orang pintar memanipulasi berita demi tujuan politik," ungkap Hannah Al Rashid saat ditemui Grid.ID di Goethe Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/3/2018).

(Hannah Al Rashid Angkat Bicara Soal Perkawinan di Bawah Umur)

"Saya sebagai penjahat, intinya saya jadi orang yang bekerja sama dengan mafia di lingkup politik."

"Saya adalah tangan kanan dia. Keahlian saya adalah memanipulasi media untuk tujuan politik.”

“Nah, yang ada cyber army sekarang dan segala macam kan banyak," paparnya lebih lanjut mengenai karakter yang dimainkannya dalam film.

(Jadi Duta Baru Campaign Cegah Kanker Serviks Indonesia, Hannah Al Rashid Ajak Followernya Lakukan Vaksinasi HPV)

Namun, Hannah Al Rashid mengaku sempat khawatir film ini tidak ditayangkan di Indonesia, karena konteks ceritanya yang begitu nyata dengan keadaan politik Indonesia.

"Cerita ini cukup real. Saya adalah orang yang suka memanipulasi opini publik dengan cara itu."

"Kayaknya sih pertama kali tentang politik seperti ini.”

(Hannah Al Rashid Buktikan Makeup Nude Cocok Banget Sama Rambut Pixie, Kece Abis!)

“Awalnya sempat ada kekhawatiran juga karena enggak bakal tayang di Indonesia karena ceritanya terlalu real," lanjutnya.

Untungnya, ada sebuah platform online yang mau menayangkan film tersebut dengan 8 episode.

Hannah berharap film ini bisa menjadi salah satu sarana introspeksi bagi politik Indonesia. (*)