Pasalnya, keamanan privasi ini selalu menjadi isu yang hangat dan terus digembar-gemborkan di era serba digital ini.
Beberapa hari lalu terungkap ada sebanyak 50 juta data personal pengguna Facebook dicuri dan disimpan oleh firma analisis data, Cambridge Analytica.
Bukan cuma itu, data pengguna Facebook juga ada dalam arsip Strategic Communications Laboratories (SCL).
Keduanya adalah perusahaan yang saling berafiliasi.
Dikutip dari Bloomberg, pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, Cambridge Analytica mendapat data tersebut melalui pengembang aplikasi pihak ketiga.
Perusahaan pihak ketiga tersebut memanen data dari 50 juta pengguna tanpa izin.
(Selain Dilraba Dilmurat, Inilah 7 Wanita Cantik Asli Suku Uyghur yang Mengguncang Panggung )
Dari 50 juta data pengguna Facebook yang berceceran di tangan pihak ketiga, 30 juta di antaranya sudah lengkap untuk memetakan seseorang.
Jika sudah begitu, privasi pengguna tak lagi menjadi privasi.
Karena skandal ini, saham Facebook dilaporkan anjlok 6,77 persen setelah informasi kebocoran tersebut beredar.
Nilai valuasi perusahaan pun turun hingga 36 miliar dollar AS (setara dengan Rp 495 triliun) seiring dengan kekhawatiran investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.
(Artikel ini juga tayang di Kompas.com dengan judul Pendiri WhatsApp Ajak Netizen untuk Hapus Facebook)