Salah satu puisi itu ia persembahkan untuk para perawat yang ada di Rumah Sakit Panti Rapih, khususnya untuk perawat yang bernama Marie.
( BACA JUGA: Ini Warna Pilihan Busana Musim Semi/Panas Kate Middleton Saat Hamil Besar, Stylish dan Manis banget! )
"Anakku, Marie!
Sebagai kata perpisahan ku pesankan padamu selaku djuru rawat Jang memeluk agama: “Bekerja dengan redla gembira” “Berdjoang dengan girang-girang” “Untuk Agama, Nusa, dan Bangsa” Selanjutnya harus: Ichlas, Sabar, dan Longgar dada. Bapakmu jang tresno
ttd R. Soedirman"
( BACA JUGA: Harus Tahu, 5 Makanan Paling Bergizi Menurut Data Ilmiah )
2. Puisi berjudul Penyair karya Wiji Thukul
Wiji Thukul merupakan seorang sastrawan sekaligus aktivis hak asasi manusia.
Ia dikenal melalui karya puisi-puisinya yang cukup vokal terhadap pemerintah.
Dilansir dari Wikipedia, Wiji Thukul hilang sejak 27 Juli 1998 pada saat ia berusia 34 tahun.
( BACA JUGA: Gaya Off-duty Model Kaia Gerber yang Jauh dari Gemerlap Panggung Catwalk dengan Cropped Denim Jacket Unfinished )
Sampai saat ini, tak ada yang tahu di mana keberadaan sastrawan yang aktif pada masa Orde Baru ini.