Grid.ID - Setelah menonton film “ Benyamin Biang Kerok” besutan Sutradara Hanung Bramantyo, Perkumpulan Betawi Kita menyatakan kecewa, bahkan merasa dihina.
Bagaimana tidak, mengingat Benyamin S bukan sekadar tokoh film, pemusik dan segambreng lagi sebutannya. Benyamin telah menjadi manifestasi dari kebudayaan dan sejarah orang Betawi.
Hanung dan para penulis skenario serta para pemodalnya telah dengan sengaja memanfaatkan nama Benyamin sebagai komoditas.
Tidak lebih dari itu saja, meskipun film tersebut didedikasikan untuk mengenang Benyamin. Izin dari keluarga dengan iming-iming merayakan ulang tahun Benyamin dengan menafsirkannya ulang ternyata hanya kamuflase dan trik memalukan yang pernah disebut oleh Sjumandjaja sebagai tukang kelontong perfilman.
Mereka ini, kata Sjuman, tidak ada punya kreativitas sebagai unsur utama film. Mereka hanya punya kreativitas bagaimana melipatgandakan modal.
(Benih Cinta Poppy Sovia dan Ahmad Gussaoki Tumbuh di Dalam Bus Travel)
Memperbarui angka rekening, bukan memperbarui nilai film nasional. Mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dipertontonkan menjelaskan dengan gamblang tidak hadirnya pikiran di dalamnya.
Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot. Tetapi, beda asal comot dengan kreativitas dibanding asal comot yang tanpa pikiran.
Hasilnya yang satu pembaruan, sedangkan satu lagi kedunguan.Di awal adegan, sutradara Hanung banyak mencomot film James Bond dengan Casino Royal-nya, Mission Imposible, Tomb Rider, dan latar belakang mafioso yang sarat dengan perjudian, miras dan pornografi.
Hanung tidak puas jika hanya menjiplak narasi film aksi yang berkiblat ke Hollywood. Ia tutup film dengan adegan perkelahian yang menjiplak film Kungfu Hustle dari Hongkong.
Di antara awal dan akhir demikianlah jiplakan demi jiplakan disambung dengan buruk sebagai cerita. Ada juga kreasi tokoh Pengki dan ibunya sebagai pengusaha super kaya dari bisnis teknologi.
(Hal Spele yang Dilakukan Vanesha Prescilla Mampu Bikin Adipati Dolken Merasa Tersanjung)