Mau tak mau prajurit Gurkha harus mencari korban dalam peperangan demi 'memberi minum' darah kepada kukri.
Jika kukri disarungkan kembali ke wadah tanpa ada darah tumpah di bilahnya, hal itu akan menjadi aib memalukan untuk si pemiliknya.
Jika terpaksa tidak mendapat darah korban, maka kukri harus meminum darah pemiliknya sendiri.
Cukup setetes darah saja dari pemiliknya baru kukri layak kembali disarungkan.
Perang ini berakhir pada tahun 1816 setelah ditandatanganinya Perjanjian Sugauli.
Kerajaan Gorkha diwakili oleh Raj Guru Gajraj Mishra dan Chandra Sekher Upadhayaya sedangkan Inggris Letnan Kolonel Paris Bradshaw.
Isi perjanjian ini pun menyerahkan sebagian wilayah Nepal kepada Inggris.
Isi perjanjian ini juga mengizinkan bagi Inggris untuk merekrut orang suku Gurkha menjadi tentara Kerajaan Ratu Elizabeth demi kepentingan militer.
Sejak saat itulah suku Gurkha mulai terkenal diberbagai belahan dunia sejak didirikannya resimen Special Air Service (SAS) Gurkha's di bawah kendali pihak kerajaan Inggris yang dikirim dalam berbagai konflik internasional.
Resimen Gurkha inilah yang dikirim Inggris ke Surabaya dan bertempur menghadapi pasukan Republik Indonesia pada 10 November 1945 serta saat Operasi Dwikora di Kalimantan Utara.(*)