Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Kaum millennials pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ini.
Istilah Earth Hour mulai diperkenalkan kepada masyarakat dunia sejak tahun 2007.
Earth Hour (Jam Bumi) adalah sebuah kegiatan global yang diselenggarakan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) pada setiap hari Sabtu di akhir bulan Maret.
Kegiatan ini berupa pemadaman lampu yang tidak diperlukan di rumah dan perkantoran selama satu jam.
( BACA JUGA: Mau Tampil Fashionable? Tiru Gaya Vintage ala Zaskia Sungkar )
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran perlunya tindakan khusus guna menghadapi perubahan iklim di bumi.
Logo yang digunakan dalam Earth Hour adalah tanda 60+ dengan motif gambar planet bumi.
Awalnya Earth Hour hanya menggunakan angka 60 saja yang melambangkan 60 menit sebagai waktu yang digunakan untuk berpartisipasi dalam Earth Hour.
Namun, sejak tahun 2011 logo Earth Hour mendapat tambahan tanda plus (+) di belakang angka 60.
( BACA JUGA: Deretan Artis Tanah Air yang Berhasil Move On dari Mantan Pacar, Nomor 3 Sering Jadi Bahan Perbincangan )
Tanda plus ini menggambarkan tujuan Earth Hour sendiri yang mendorong masyarakat dunia untuk melakukan aksi lanjutan setelah satu jam mematikan lampu.
Dilansir dari Wikipedia, Earth Hour pertama kali dicetuskan oleh WWF dan Leo Burnett pada tahun 2007 di Sydney, Australia.
Saat itu 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Mereka memadamkan semua lampu yang tidak diperlukan.
( BACA JUGA: Diduga Lakukan Tindakan Asusila, Sepasang Kekasih Dipaksa Warga untuk Peragakan Ulang Kejadian )
Sejarah Earth Hour dimulai sejak tahun 2004.
Setelah mempertimbangkan sejumlah bukti ilmiah, WWF Australia mengunjungi sebuah agen periklanan di Sydney untuk mendiskusikan tentang gagasan yang akan menarik perhatian warga Australia.
Khususnya tentang isu-isu perubahan iklim yang saat itu semakin marak.
Awalnya, ide pemadaman berskala global yang dikembangkan pada tahun 2006 ini diberi nama The Big Flick.
( BACA JUGA: 8 Kisah Perjuangan Kembar Siam di Indonesia, Salah Satu Kembarannya Ada yang Meninggal Dunia )
Setelah itu WWF Australia pun mempresentasikan gagasannya ini kepada Fairfax Media.
Gagasan dari WWF ini mendapat persetujuan dari Clover Moore, Wali Kota Sydney yang saat itu menjabat.
Setelah Sydney, beberapa kota di seluruh penjuru dunia juga mengikuti kegiatan Earth Hour ini di tahun berikutnya.
Termasuk kota-kota besar yang ada di Indonesia dan salah satunya adalah Solo, Jawa Tengah.
( BACA JUGA: Mengintip Gaya Fashion Keluarga Ussy Sulistiawaty dan Andhika Pratama Saat Liburan di Bali, Stylish Abis! )
Seperti yang dikutip dari Tribun Jateng pada Sabtu (24/03/2018), Polwan Polresta Solo mengajak masyarakat untuk turut mematikan lampu pukul 20.30-21.30 WIB nanti.
Himbauan ini dilakukan agar masyarakat dapat turut berkontribusi menyelamatkan bumi.
Kenapa sih harus mematikan lampu?
( BACA JUGA: Fakta Kronologi Anggota DPRD DKI Jakarta Tak Mau Mobilnya Diderek Dinas Perhubungan )
Seperti yang dikutip dari laman WWF Indonesia, setiap 10% dari warga Jakarta yang turut mematikan lampu saat Earth Hour, energi yang dihemat dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan Oksigen untuk 534 orang.
Selain itu, mematikan lampu selama satu jam juga dapat mengurangi 267 ton emisi karbon dioksida (CO2).
Nah, apalagi jika hal ini dilakukan secara serentak.
Bisa kamu bayangkan manfaat seperti apa yang akan didapat?
( BACA JUGA: 4 Zodiak Ini Disebut Sebagai Sosok Sahabat yang Baik loh, Kamu Termasuk Nggak nih? )
Mematikan lampu selama satu jam memang tidak dapat mengurangi pemanasan global secara signifikan.
Tapi setidaknya, ini merupakan satu langkah kecil yang bisa kamu lakukan untuk menyelematkan bumi.
Ini aksiku, mana aksimu? (*)