Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Petisi copot Anis Baswedan viral di tengah musibah banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jabodetabek.
Usut punya usut, adanya petisi yang menuntut Anis Baswedan dicopot dari jabatannya ini, karena publik menilai Gubernur DKI telah gagal mengurus wilayah Jakarta.
Hanya saja petisi ini sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 2018 lalu.
Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Anak-anak Senang Main Banjir, Ini Kata Menkes Terawan
Namun petisi ini kembali ramai setelah adanya musibah banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jakarta beberapa hari lalu.
Melansir dari Wartakota pada Sabtu (4/12/2020), petisi tersebut diketahui terus meningkat.
Sejak Kamis (2/1/2020) sore, petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 180 ribu orang dengan target 200 ribu tanda tangan.
Sementara itu melansir dari Tribunnews.com, kini petisi tersebut terpantau telah ditanda tangani oleh 204.346 orang.
Menanggapi fenomena tersebut, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono menyebutkan jumlah tanda tangan petisi itu merupakan cerminan masyarakat.
Ia juga menyebutkan bahwa hal ini perlu diapresiasi dan dihargai.
Sebab masyarakat yang tidak tergabung di partai politik manapun ini tentunya tak terafiliasi dari pihak manapun.
Menurut Gembong, ini murni dari ketidaknyamanan masyarakat dengan adanya gangguan dan musibah banjir yang tidak teratasi.
"Itu kan aspirasi, aspirasi dari masyarakat yang terlepas dari kepentingan politik."
"Ini aspirasi yang sama sekali tidak ditunggangi oleh kepentingan politik, semata-mata hanya kepentingan mereka yang kenyamanannya terganggu," kata Gembong Warsono dikutp dari Tribunnews.com, Jumat (3/1/2020).
"Saya kira kita hargai sikap itu," tegasnya.
Menurut Gembong Warsono, banjir adalah persoalan paling mendasar yang terjadi di Ibukota.
"Selama ini kan memang pak Anies tidak fokus soal banjir. Sejak awal selalu kita katakan kalau banjir bisa kita antisipasi. Bisa kita minimalisir," ujarnya.
"Itu sikap masyarakat yang secara bijak perlu direspons oleh gubernur," ungkapnya.
(*)