Setelah melakukan scan MRI, dokter menduga bahwa Sagese jatuh pingsan karena reaksi antibiotiknya.
Dan hal itu membuatnya mengalami cedera otak anoxic.
Cedera anoxic biasanya terjadi ketika sel-sel saraf mati dan otak kekurangan oksigen selama beberapa menit atau lebih.
Sejak saat itu Sagese menunjukkan beberapa kejanggalan.
( BACA JUGA: Didoakan Pacaran dengan Marion Jola, Nggak Nyangka Begini Jawaban Young Lex! )
Ia tidak bisa berbicara dan tidak tahu bagaimana caranya makan.
Tidak hanya itu, Sagese seolah kembali menjadi anak kecil yang harus diingatkan ketika makan dan dimandikan.
Ketika di rumah, Sagese tidak dapat mengenali teman-temannya atau orang-orang yang ia cintai.
Bahkan, ia juga tidak lagi mengenali benda-benda yang ia gunakan sehari-hari seperti sepeda atau kucing kesayangannya.
( BACA JUGA: 5 Rahasia Tampil Glamor dan Modis Bak Orang Kaya dalam Drama Korea Favorit, Siapa Berani Coba? )
Melihat kondisinya yang cukup memprihatinkan, orangtua Sagese tidak membiarkan hal ini terus terjadi.
Secara perlahan, Sagese kembali diperkenalkan kepada dunia oleh orangtuanya.
Awalnya, Sagese tidak mengenali siapapun di dunia ini.
Setelah enam bulan, ia bisa mengenali siapa ibunya namun tidak bisa mengucapkan kalimat yang biasanya diucapkan oleh orang dewasa.
( BACA JUGA: Opick Adakan Pengajian Seminggu Meninggalnya Istri Kedua )
Setahun kemudian, Sagese masih belum kembali normal seperti orang dewasa.
Tapi setidaknya, ia sudah mulai bisa membaca, menulis dan melakukan hal-hal yang mendasar lainnya. (*)