Find Us On Social Media :

Dwi Rahayu 'Wanita Nuklir' Indonesia, Sabet Penghargaan di Konfrensi Tingkat Dunia

By Ahmad Rifai, Minggu, 25 Maret 2018 | 23:30 WIB

Dwi Rahayu (tengah) ketika menerima penghargaan | Dok pribadi/Dwi Rahayu

Grid.ID - Pelajar Indonesia kembali mengharumkan tanah air dengan menyabet penghargaan di konferensi nuklir dunia. 

Dwi Rahayu meraih predikat sebagai Best Student Contribution dalam konferensi gabungan International Youth Nuclear Congress (IYNC) dan Women in Nuclear (WiN) di San Carlos de Bariloche, Argentina, pada 11-17 Maret lalu. 

(Baca juga: Dikira Anaknya Menangis, Ibu Ini Kaget Tangannya Basah Saat Peluk Anaknya yang Jatuh di Dalam Mobil)

Bertema Challenge the Present, Empower the Future, IYNC adalah jaringan global generasi muda profesional di bidang nuklir. 

Mereka berusaha mempromosikan penggunaan sains dan nuklir secara damai untuk kesejahteraan umat manusia. 

Setiap dua tahun sekali, IYNC mengadakan kongres dengan tujuan transfer ilmu tentang nuklir dari ilmuwan ke generasi muda.

Dwi menyabet penghargaan setelah memaparkan presentasi berjudul Perceptions of Indonesian Students Abroad Against Nuclear Energy as One of the Power Source in Indonesia.

(Baca juga: Salah Mengira iPhone sebagai Senjata Api, Polisi Tembak Mati Seorang Pria Kulit Hitam)

Dalam presentasinya, Dwi menerangkan tentang pendapat dan kepedulian mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri tentang nuklir sebagai salah satu sumber energi di tanah air. 

Kepada Kompas.com, mahasiswi S2 Jurusan Nuclear Power Engineering and Thermal Physics di Universitas Penelitian Nuklir Moskwa, Rusia itu berujar, pesertanya tidak semua dari mahasiswa. 

"Ada juga yang berasal dari kalangan profesional muda. Panitia menilai sekitar 110 peserta," ujar Dwi yang pernah menjabat sebagao Ketua Tim Kajian Nuklir PPI Dunia periode 2016-2017 tersebut. 

(Baca juga: Sebelum Dibakar Hidup-hidup, Seorang Gadis India Diperkosa Beramai-ramai)

Dwi berkata, dia menjelaskan soal adanya pro dan kontra nuklir sebagai alternatif energi carbon free, atau bebas polusi di Indonesia. 

Setelah presentasi, dia menuturkan kalau peserta dengan antusias bertanya kepadanya apakah Indonesia sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). 

Dwi menjabat belum. 

(Baca juga: Cucu Perempuan Martin Luther King Jr 'Turun Gunung', Amerika Harus Memperketat Kepemilikan Senjata Api)

Namun, dia menerangkan kalau Indonesia sudah memiliki tiga reaktor untuk keperluan riset. 

"Saya sangat optimistis Indonesia bakal punya PLTN suatu saat nanti," bebernya. 

Selain menjadi alternatif energi, Dwi menerangkan kalau telah banyak penelitian non-energi. 

Misalnya di bidang kesehatan, pertanian, dan industri. 

"Nantinya, nuklir bisa dipakai untuk diagnosa, pembibitan unggul, hingga pengawetan makanan," beber Dwi kembali.

(Baca juga: Dikabarkan Hilang Selama Seminggu, Satu Keluarga yang Berlibur ke Meksiko Ditemukan Tewas, Begini Penyebabnya)

Dalam konferensi tersebut, Dwi memaparkan strategi sosialisasi dan edukasi nuklir yang telah dilakukan oleh tim Kajian Nuklir PPI Dunia. 

Di antaranya, mereka membentuk tim yang berasal dari di organisasi non-nuklir maupun non-sains. 

Selain itu, mereka menulis artikel tentang nuklir, dan melakukan sosialisasi dan edukasi ke SMA dan perguruan tinggi. 

(Baca juga: Joan Baez, Penyanyi dan Pejuang Hak Sipil yang Sampaikan Protes Melalui Musik, Lagunya Sempat Mengalun Merdu Sebagai OST Film Gie )

Dwi berujar, tim nuklir itu mengajar perwakilan mahasiswa berkunjung langsung ke reaktor nuklir. 

Melalui kunjungan itu, Dwi ingin menunjukkan kalau nuklir untuk kesejahteraan manusia. 

"Anggapan bahwa mahasiswa jurusan nuklir itu belajar terkait senjata atau bom itu sama sekali tidak benar!" tegas Dwi. 

Lebih lanjut, Dwi mengatakan bahwa para peserta konferensi tidak tertarik membahas anggapan bahwa nuklir merupakan senjata. 

Anak muda lebih tertarik mempertimbangkan penggunaan nuklir untuk menghadapi perubahan iklim global.(*)

Artikel ini sebelumnya sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul Pelajar Indonesia Raih Penghargaan di Konfrensi Nuklir Tingkat Dunia.