Laporan Wartawan Grid.ID, Yuliana Sere
Grid.ID – Seorang pria (27) diketahui mengidap suatu penyakit yang ditandai dengan benjolan pada telapak tangannya.
Anehnya, rasa sakit ini berasal dari perutnya yang ia alami terus-menerus.
Pria yang berasal dari Kanada ini sempat mencari bantuan medis setelah dia khawatir dengan rasa sakit yang tak kunjung sembuh.
( BACA JUGA: Kenakan Batik Papua, Penampilan Anggun Aliya Rajasa Panen Pujian Netizen, Kayak Apa tuh? )
Setelah diperiksa, dokter mengatakan ia mengalami demam.
Saat itu nafsu makannya menurun dan ia selalu berkeringat setiap malam selama 6 minggu.
Dr. Bashaar Alibrahim dan Dr. George Wharmby mengungkapkan ia telah kehilangan 12 kg dari berat badannya.
( BACA JUGA: Mengintip Kisah Pilu Nick dan Devin, Saudara Kembar yang Terpisah untuk Selamanya Karena Sirosis Hati )
Setelah dicari tahu lebih dalam, ternyata ada jaringan mati di limpa dan ginjal kirinya.
Dokter juga mengungkapkan ada bagian yang terinfeksi pada katup aorta.
Bagian ini yang mengatur aliran darah dari jantung ke arteri utama.
( BACA JUGA: Ditanya Pilih Via Vallen atau Ayu Ting Ting, Ini Jawaban Raffi Ahmad )
Dokter mengatakan infeksi ini timbul akibat kebersihan mulut yang tak dijaga.
Penyebaran infeksi ini kemudian merusak pembuluh darah yang memasok darah ke tangannya.
Inilah yang menyebabkan kenaikan atau terjadinya benjolan yang berdenyut.
( BACA JUGA: Keren! Berkat Ide Brilian Presiden Jokowi, Bekas Pabrik Gula Colomadu Diubah Jadi Concert Hall untuk Hitman David Foster and Friends )
Benjolan ini lebih dikenal dengan nama endocarditis.
Dengan kata lain, penyakit (benjolan) ini yang memicu gagal jantung dan disebabkan ketika bakteri mencapai jantung.
Dalam jurnal yang mereka tulis, dokter mengklaim infeksi itu mungkin terkait dengan kebersihan mulut yang buruk.
( BACA JUGA: Vanesha Prescilla Terharu Bisa Nonton Bersama Komunitas Tunarungu )
Infeksi jantung yang fatal dapat terjadi ketika bakteri dari mulut masuk ke aliran darah.
Ini bisa terjadi dari pendarahan atau peradangan di gusi.
Para ahli di University of British Columbia telah menerbitkan kasus ini di New England Journal of Medicine. (*)