Find Us On Social Media :

Iran Kibarkan Bendera Merah Pasca Kematian Qassem Soleimani, Pertanda Siap Perang dengan Amerika?

By None, Selasa, 7 Januari 2020 | 10:56 WIB

Iran Kibarkan Bendera Merah Setelah Jendralnya Tewas, Pertanda Siap Balas Dendam dan Perang dengan Amerika?

Grid.ID - Hubungan Iran dengan Amerika semakin memanas setelah Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani tewas akibat serangan yang diusung Donald Trump.

Sehari setelah pembunuhan Qassem Soleimani, bendera merah dikibarkan di Masjid Jamkaran yang terletak di kota suci Syiah Iran.

Pengibaran bendera merah ini merupakan peristiwa yang pertama kali terjadi dalam sejarah dan dinilai sebagai tanda siap perang antara Iran dan Amerika.

Baca Juga: Baru Tahun Dirinya Ternyata Anak Bangsawan Lewat Tes DNA, Pria ini Dapat Warisan Hingga Menjadi Miliarder dalam Semalam

Sebagian kalangan menilai Iran membentangkan bendera merah tersebut sebagai isyarat mereka telah bersiap melakukan perang total untuk membalas kematian Soleimani yang dirudal drone AS di Irak.

Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang ditumpahkan secara tidak adil dan berfungsi sebagai panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh.

Berkibarnya bendera merah ini juga dipandang sebagai peringatan bahwa Republik Islam Iran siap memenuhi janjinya untuk menyerang Amerika dan Donald Trump.

Kata-kata yang ditulis di bendera “perang" adalah, "Mereka yang ingin membalas darah Husein". Husein adalah cucu dari Nabi Muhammad yang gugur di Padang Karbala.

Dalam kepercayaan muslim Syiah, Husain adalah Imam Suci ketiga setelah Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali.

Baca Juga: Latar Belakang Reynhard Sinaga, Mahasiswa Asal Jambi yang Jadi Pelaku Pemerkosaan yang Menghebohkan Inggris Incar 35 target

Beberapa media pemerintah Iran mengungkapkan Dewan Keamanan Nasional telah merilis 35 target sebagai bagian dari aksi balas dendam mereka kepada Amerika terkait pembunuhan Soleimani.

Operasi ini diyakini akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.

Hal serupa juga telah diprediksi seorang staf senior kongres AS.

Kepada Time Magazine, sumber yang tidak disebutkan namanya tersebut mengatakan, serangan balasan dari Iran dapat dilihat "dalam beberapa minggu" baik di dalam maupun di luar negeri.

Staf itu mengatakan: 'Tidak ada indikasi bahwa akan ada penurunan ketegangan dalam waktu dekat. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa buruk pembalasan yang akan terjadi dan di mana, serta apa yang akan terjadi.”

Baca Juga: Tertekan karena Dituntut untuk Menjadi Siswa Berprestasi, Jennifer Pan Tega Habisi Nyawa Kedua Orang Tuanya Sendiri

Secara terpisah, seorang pemimpin militer Iran mengatakan pasukannya telah menunjuk puluhan kepentingan AS untuk serangan termasuk "kapal perusak dan kapal perang" di dekat Teluk Persia dan Tel Aviv, Israel.

Adalah Jenderal Gholamali Abuhamzeh yang melontarkan ancaman kemungkinan serangan terhadap "target vital Amerika" yang terletak di Selat Hormuz sebagai pembalasan atas kematian Soleimani.

"Target vital Amerika di kawasan itu telah diidentifikasi oleh Iran sejak lama ... sekitar 35 target AS di kawasan itu, termasuk Tel Aviv, berada dalam jangkauan kami," katanya.

Meningkatnya ketegangan pasca-gugurnya Soleimani oleh Amerika juga “memaksa” NATOmenangguhkan pelatihan keamanan Irak dan pasukan bersenjata di wilayah tersebut. Mereka khawatir akan terjadinya konflik skala penuh.

"Keamanan personel kami di Irak adalah yang terpenting," kata juru bicara sementara NATO Dylan White dalam sebuah pernyataan.

"Kami terus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan. Misi NATO terus berlanjut, tetapi kegiatan pelatihan untuk sementara ditangguhkan."

Baca Juga: Akui Pernikahannya dengan Adam Suseno Tak Sempurna, Inul Daratista Bocorkan Rahasia Rumah Tangganya hingga Bisa Langgeng 23 Tahun: Perlu Duit, Perlu Sayang-sayangan, Tapi Wajib Cemburu Juga!

Donald Trump Akan Serang 52 Target Bila Iran Membalas

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemarin mengatakan bahwa AS telah menargetkan 52 lokasi Iran.

Trump mengatakan mereka akan menyerang jika Iran menyerang warga AS atau aset AS sebagai respons atas serangan drone AS yang menewaskan komandan militer Qassim Soleimani di Irak.

Trump tidak menunjukkan tanda-tanda berusaha mengurangi ketegangan yang muncul akibat serangan pada hari Jumat (3/1/2020) yang dia perintahkan.

Trump justru menegaskan ancaman keras pada Iran lewat Twitter.

Trump menulis bahwa Iran berbicara dengan sangat lantang mengenai target membidik aset AS untuk merespons tewasnya Soleimani.

Trump mengatakan bahwa AS telah menargetkan 52 lokasi Iran.

Baca Juga: Dapat Firasat Tentang Perang Dunia 3, Paranormal Wirang Birawa Prediksi Dampaknya untuk Indonesia: Bersiap Semua!

Sebagian merupakan, "Situs tingkat tinggi dan penting bagi Iran dan budaya Iran, dan target tersebut bersama dengan Iran AKAN DISERANG DENGAN SANGAT CEPAT DAN SANGAT KERAS," ungkap Trump lewat Twitter, Sabtu (4/1) waktu Washington.

Trump menambahkan bahwa AS tidak ingin ancaman lagi.

Dia menambahkan bahwa 52 lokasi yang ditargetkan oleh AS mewakili 52 orang AS yang disandera Iran setelah ditangkap di kedutaan AS di Teheran pada tahun 1979.

Kicauan Trump ini dirilis pada masa libur dia di Florida.

Pernyataan Trump bahwa AS akan menyerang lokasi yang penting bagi budaya Iran menimbulkan pertanyaan.

Colin Kahl, mantan pejabat keamanan nasional pada pemerintahan Obama menuliskan di Twitter bahwa sulit percaya Pentagon akan memberikan opsi target lokasi kebudayaan Iran.

"Trump mungkin tidak peduli dengan hukum perang, tapi para perencana Departemen Pertahanan dan pengacara akan peduli karena menargetkan lokasi kebudayaan adalah kejahatan perang," kata Kahl.

Pentagon menolak berkomentar pada 52 target dan merujuk pertanyaan ke Gedung Putih.

Gedung Putih pun tidak menanggapi pertanyaan ini.

Baca Juga: Tak Terima Namanya Dicatut dalam Penipuan Pinjam Duit di Facebook, Angel Karamoy: Itu Akun Palsu!

KBRI Tehran Imbau WNI Jauhi Keramaian

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tehran mengeluarkan sejumlah imbuan bagi warga negara Indonesia (WNI), lantaran memanasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS).

Diketahui, Jenderal Iran Qasem Soleimani tewas karena serangan rudal milik Negeri Paman Sam, Jumat (3/1/2020).

Dari keterangan KBRI Tehran yang diterima, Minggu (5/1/2019), KBRI menyampaikan imbauan.

Pertama, hindari tempat-tempat kerumunan massal atau rawan serta berpotensi timbulnya konflik, atau wilayah yang rawan sasaran serangan.

Kedua, bawalah barang-barang kebutuhan seperlunya dan utamakan keselematan diri Anda serta keluarga sekiranta dilakukan evakuasi.

Ketiga, ikuti petunjuk yang diberikan di tempat penampungan sementara (shelter), serta mengikuti jalur evakuasi yang harus ditempuh sesuai yang ditetapkan KBRI Tehran dalam Buku Contingency Plan.

Keempat, senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan menjaga komunikasi dengan sesama masyaeakat dan diaspora Indonesia di Iran.

Baca Juga: Melepas Rindu Dengan Galih Ginanjar, Barbie Kumalasari Bawakan Makanan Kesukaan dan Berikan Ciuman Mesra untuk Sang Suami

Kelima, menjaga komunikasi dan informasikan perkembangan situasi, keadaan, dan keberadaan anda untuk memudahkab penanganan lebih lanjut.

Keenam, jika WNI membutuhkan bantuan dapat menghubungi nomor hotline aktif 24 jam di 09129632269, 09378132531, 09210368694, atau Kantor KBRI Tehran 021-88715558 dan Wisma Indonesia 021-22937305.

Sosok Qassem Soleimani

Seperti diberitakan sebelumnya, Qassem Soleimani tewas di terminal keberangkatan Bandara Internasional Baghdad, Irak, Kamis (2/1/2020) malam waktu setempat.

Serangan rudal dari drone militer AS menewaskannya, bersama dua tokoh Popular Mobilization Unit (PMU) Irak.

Pentagon merilis pernyataan, serangan militer itu operasi yang dijalankan atas perintah Presiden AS Donald Trump.

Qassem Soleimani dinilai AS bertanggungjawab atas serangan yang mengancam kepentingan AS di Timur Tengah.

Siapakah Qassem Soleimani, jenderal cemerlang bermata tajam ini?

Qassem Soleimani atau biasa juga ditulis Qasem atau Ghasem Soleimani lahir di Desa Qanat-e Malek, Provinsi Kerman, Iran.

Soleimani lahir pada 11 Maret 1957.

Sejak 1998 ia memimpin pasukan Al Quds, unit militer khusus di tubuh Pasukan Pengawal Revolusi Iran yang beroperasi di luar negeri.

Baca Juga: Nekat Perkosa Ratusan Laki-laki di Manchester, Pria Indonesia Ini Bikin Warga Inggris Penasaran. Begini Sosoknya

Pasukan Al Quds memiliki tugas menjalankan operasi-operasi bantuan militer maupun politik di luar wilayah Iran, demi kepetingan negara tersebut.

Qassem merupakan veteran perang Irak-Iran. Sebagai kepala pasukan ekstrateritorial, Qassem memiliki hubungan sangat dekat dengan milisi Hezbollah di Lebanon.

Begitu juga dengan kelompok Hamas di Jalur Gaza. Secara politik, Qassem juga memiliki hubungan sangat baik dengan kelompok Kurdi Irak dan Suriah serta kaum Shiah di kedua negara tersebut.

Saat kelompok Kurdi memberontak Saddam Hussein pada tahun 90an, Qassem membantu menyalurkan senjata dan logistik untuk mereka.

Ketika Suriah terjatuh dalam perang saudara, pemberontakan dan meluasnya sepakterjang kelompok ISIS, Iran mengirimkan Qassem Soleimani.

Ia bahu membahu bersama pasukan Bashar Assad, memerangi ISIS dan kelompok-kelompok bersenjata dukungan Saudi, Emirat, Turki, dan negara barat.

Di Irak, kelompok PMU dengan dukungan Qassem bersama pasukan Irak, sukses mengalahkan ISIS yang menguasai Mosul dan sekitarnya bertahun-tahun. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Mayor Jenderal Qassem Soleimani Tewas, Iran Kibarkan Bendera Merah, Pertanda Perang Total dengan AS