Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Suminar
Grid.ID - Di era yang sudah berkembang saat ini, wanita bukan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus sandang, pangan dan papan.
Banyak wanita di Indonesia yang kini menjadi wanita karir dan sukses dalam pekerjaannya.
Misalnya seperti Tiffany Robyn Soetikno yang telah berhasil menjadi seorang CEO sebuah perusahaan terkemuka di Indoensia.
Tentunya, untuk menjadi seorang yang seperti sekarang, wanita yang kerap disapa Robyn ini menjalani proses yang cukup panjang.
(BACA: Salut! 4 Atlet Wanita Ini Blak-blakan Ungkapkan Rasa Percaya Diri dengan Bentuk Tubuh Mereka)
Salah satu proses yang pernah dialami adalah mendapatkan diksriminasi dari berbagai macam pihak.
Lalu, bagaimana seorang Robyn mengatasi hal tersebut?
Robyn mengaku kepada Stylo Grid.ID bahwa ia terus bangkit dan menjadikan sebuah diskriminasi tersebut menjadi sebuah pelajaran untuk membangkitkan diri.
1. Mengenal diri sendiri
Hal yang paling utama dilakukan Robyn setelah mengalami diskriminasi adalah berusaha untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.
"Mengatasinya dari dulu sampai sekarang itu nomor satu dan yang paling penting menurut aku adalah mengenal diri sendiri. Karena sebenarnya aku, tuh, mampu apa nggak, mau apa nggak menjadi sesuatu," ucap Robyn kepada Stylo Grid.ID saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta, Jumat (23/02/2018).
(BACA: Menjadi Pembicara di Acara Vegetarian, Sophia Latjuba Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan)
Jika banyak yang bilang bahwa wanita tidak bisa memimpin, maka semua itu dikembalikan pada pribadi masing-masing.
"Bisa aja orang bilang, 'eh lo nggak bisa mimpin perusahaan'. Nah, tapi kita sendiri mau nggak, punya ambisinya apa, dan kita menyiapkan diri untuk melakukan itu dan mencari kesempatan atau bahkan kita membuat kesempatan," tambahnya.
2. Berkomuniasi dengan baik
Cara kedua yang dilakukan Robyn adalah berdialog atau berkomunikasi
"Yang kedua menurut aku adalah sebenernya berdialog, sih. Temenku, temen kantor, bapak-bapak, banyak yang mikir nggak bisa lah kerja terlalu emosional dan lain sebagainya, kayak gini didialog-kan harusnya," kata Robyn kepada Stylo Grid.ID.
Stigma yang seperti itu, menurut Robyn lebh baik dikomunikasikan dengan baik sehingga mendapatkan solusi yang terbaik.
"Nah, itu lebih baik dikomunikasikan, ajak mereka disukusi, sebenernya problemya dimana, sih, bapak mikir kayak gitu kenapa misalnya, dan apa yang bisa saya bantu untuk menyelesaikannya," papar Robyn.
3. Ketahui kebutuahan
Kenali dan sesuaikan dengan kebutuhan diri sendiri adalah langkah yang ketiga.
"Lalu yang ketiga adalah ketahui kebutuhan. Kenapa, sih, mereka bilang kita emosi, trus apa problemnya dengan emosi? Apakah karena kita kalau emosi ngambil keputusan nggak objektif misalnya. Dari mengerti hal tersebut aku baru milah-milah mana yang cocok sesuai dengan kerjaan aku," pungkas Robyn. (*)