"Bisa jadi ini merupakan cacing pita terpanjang di dunia," ujar Umar.
(Mengerikan, Cacing Pita dan Ribuan Telur Ditemukan di Mata, Kasusnya Terulang Lagi)
Lebih jauh, tim FK UISU menemukan sebanyak 171 kasus serupa.
Dengan cacing pita yang panjangnya beragam, mulai dari 2 meter hingga 8, 6 meter.
"Total yang kami temukan 171 kasus. Ada juga warga yang membuang kotoran yang kemungkinan juga ada cacing pita," terang Umar.
Dia memperkirakan mayoritas warga di 6 desa di Kecamatan Silau Kahean juga terkena pengakit cacing pita.
Penyebab penyakit ini, menurut Umar, berasal dari konsumsi daging babi yang tidak dimasak atau kurang sempurna proses memasaknya.
"Di sini kan ada makanan khas Simalungun, yakni Hinasumba atau Holat yang bahan makanannya dari daging babi yang memang tidak dimasak," terang Umar.
Atas temuan ini, pihak FK UISU melakukan kerja sama dengan tiga universitas asal Jepang dan empat universitas di Indonesia untuk melakukan penelitian.
Ketiga universitas dari Jepang tersebut yaitu Asahikawa Medical University, Joint Faculty of Veterinary Medicine Yamaguchi University, dan Kyoto University.
Sedangkan dari Indonesia adalah Universitas Udayana, Bali, Universitas Brawijaya, Malang, Universitas Sari Mutiara Medan, dan Universitas Methodist Indonesia Medan.