Grid.ID - Korea Utara mengecam Amerika Serikat (AS) terkait laporan dari Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) terkait penjualan senjata di dunia.
Dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Newsweek, Senin (26/3/2018), Korea Utara menilai, AS yang merupakan eksportir senjata terbesar di dunia dapat memicu ketegangan baru.
Komentar tersebut diterbitkan oleh partai berkuasa di Korea Utara yang menyoroti temuan SIPRI.
(Baca juga: Ditemukan Gua Fosil Terdalam di Asia, Dalamnya Mencapai 238 km)
Ekspor senjata AS ke luar negeri naik 25 persen sepanjang 2008-2012 dan 2013-2017, sehingga 34 persen senjata yang dijual di seluruh dunia berasal dari AS.
"Lebih dari 70 tahun telah berlalu sejak akhir perang dunia dan puluhan tahun berlalu sejak berakhirnya Perang Dingin. Namun, bahaya perang semakin meningkat," tulis komentar Korea Utara, seperti dilaporkan oleh KCNA.
"Perang dingin yang lain akan segera terjadi dan bukannya perdamaian di planet ini," tambahnya.
"Semua itu karena AS, pendorong perang kelas top yang menelurkan perang dan pembantaian di berbagai belahan dunia melalui penjualan senjata berskala besar, melawan keinginan umat manusia untuk perdamaian dan stabilitas," tulisnya.
(Baca juga: Ditemukan Cacing Pita Sepanjang 10,5 Meter di Simalungun, Diduga Terpanjang di Dunia)
Kali ini, Korea Utara menyinggung perdamaian yang juga sedang dibahas di Semenanjung Korea, di mana perang dingin masih mengemuka.
Korea Utara dan Korea Selatan yang didukung AS, tidak pernah secara resmi mengakhiri perang yang menewaskan lebih dari 1 juta warga Korea dan puluhan ribu pasukan China da AS pada awal 1950-an.
Setelah selama setahun melakukan uji coba nuklir, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberikan kejutan kepada dunia.