Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Dalam buku barunya yang berjudul Blindsided, Jim Ferraro menceritakan kisah nyata seorang anak kecil yang telah mengalami kebutaan sejak ia masih di dalam kandungan.
Anak itu mengalami kebutaan sejak ia masih di dalam rahim ibunya melalui paparan racun pada bahan-bahan kimia yang banyak digunakan untuk pertanian.
Tidak ada firma hukum yang menyentuh kasus ini sampai akhirnya Ferraro masuk.
Ia memenangkan kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mendukung bocah itu.
Keberanian Ferraro mendorong orang lain untuk terus memperjuangkan keadilan.
(BACA : Mengintip Keindahan di Balik Ngerinya The Grand Tsingy, Hutan Batu Mematikan yang Mirip Planet Mars)
Dilansir Grid.ID dari laman Reader's Digest, ini merupakan kisah pertarungan antara seorang ibu dengan sebuah perusahaan perusahaan kimia raksasa bernama DuPont.
Saat itu, Donna Castillo mendorong putrinya dengan kereta dorong dalam perjalanan mereka di sekitar lingkungan Miami pada 1989.
Ia tidak akan pernah tahu jika dampak dari kejadian itu masih akan bergema dalam kehidupan keluarganya sampai bertahun-tahun kemudian.
Saat itu, Donna tengah mengandung dengan usia kehamilan dua bulan.
Diceritakan ada sebuah traktor yang terjebak di dalam lumpur di dalam lahan pertanian yang menanam stroberi dan tomat.
Ketika angin berhembus, Donna tersiram cairan yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
(BACA : Alasan Kenapa Es Krim Rasa Anggur Jarang Banget Ditemukan)
Keesokan harinya, Donna pergi memeriksakan kandungannya ke dokter bersama suaminya, Juan yang merupakan seorang akuntan.
Hasil pemeriksaan itu, dokter mengatakan kepadanya untuk tidak khawatir karena kemungkinan besar cairan itu hanyalah air biasa.
Beberapa bulan kemudian, Donna melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Johnny Castillo.
Namun ternyata, Johnny dilahirkan dengan anolphthalmia.
Ini merupakan kondisi langka di mana bayi dilahirkan tanpa mata.
Pasangan itu berjuang untuk mencoba memahami bagaimana sesuatu yang begitu tragis bisa terjadi pada bayi mereka.
Setelah bertahun-tahun kemudian, barulah mereka tahu bahwa pada hari yang nahas itu Donna tidak tersiram air biasa.
(BACA : 4 Mainan yang Pernah Hits Pada Masanya, Anak 90'an Pasti Kenal)
Melainkan sebuah cairan pestisida yang sangat beracun.
Cairan itu disebut dengan Bentale yang diproduksi oleh perusahaan kimia raksasa DuPont.
Setelah kelahiran Johnny, Donna bergabung dengan kelompok dukungan internasional untuk mereka yang terkena kelainan langka sejak lahir.
Melalui kelompok itu, Donna belajar tentang sekelompok 29 anak di Skotlandia yang juga terkena anolphthalmia.
Ternyata, ibu mereka juga pernah terkena cairan Benlate saat hamil.
Seorang penyelidik menghubungi seorang petani dari berri U-pick.
Petani itu membenarkan bahwa ia memang menggunakan pestisida itu meskipun mengetahui risiko berbahaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia tersebut.
(BACA : Berawal dari SMS, Seorang Wanita Muda Ditemukan Bersimbah Darah di Kamar Kosnya)
Donna sempat menghubungi beberapa pengacara untuk menangani kasus ini.
Setelah sempat mengalami kegagalan, Donna dan suaminya menemukan firma hukum Jim Ferraro dan menemukan titik harapan untuk kasus itu.
Dia bekerja tanpa lelah untuk menemukan peluang kemenangan dan mengalahkan industri kimia raksasa seperti DuPont.
"Tidak ada yang mau mengambil kasusnya, karena tidak ada yang pernah menang ketika melawan perusahaan kimia. DuPont seperti tentara Romawi," ungkap Feraro kepada Reader's Digest.
Ferraro secara teliti mengamati bahan kimia tersebut dan menemukan sebuah penelitian dari University of California yang menunujukkan 43 persen peningkatan kelainan bentuk mata pada tikus hamil.
Saat itulah Ferraro semakin yakin bahwa dia memiliki kasus yang layak untuk ditampilkan.
(BACA : Kocak! Unggah Foto untuk Pacar Putrinya, Polisi Ini Malah Viral)
Setelah sepuluh tahun satu bulan, akhirnya Ferraro dan keluarga Donna menerima putusan akhir dari Mahkamah Agung bahwa mereka memenangkan kasus ini.
Akhirnya keluarga itu mendapat ganti rugi sebesar 4 juta dolar Amerika (Rp 55 juta).
Setalah berusia 26 tahun, kini Johnny Castillo menikmati bakatnya dalam bermain musik dan bernyanyi.
Ia bahkan menghadiri Perkins School for Blind di Massachusetts.
Sampai saat ini, pihak DuPont masih terus mengajukan banding dalam kasus ini.
Namun Ferarro mengatakan bahwa sangat mudah bagi perusahaan seperti DuPont untuk melampaui peraturan Badan Perlindungan Lingkungan dan membawa produk mereka ke pasar Amerika Serikat.
Untuk itu, Ferraro menegaskan kepada pengacara lainnya untuk tidak menyerah dalam perlawanan kasus ini.(*)