Laporan Wartawan Grid.ID, Nesiana Yuko Argina
Grid.ID - Awal tahun 2020 ini, publik digegerkan dengan kasus internasional yang menyeret seorang WNI bernama Reynhard Sinaga.
Nama Reynhard Sinaga bahkan disebut-sebut sebagai pemerkosa paling produktif dalam sejarah Inggris hingga dijuluki predator seks.
Terhitung selama dua setengah tahun, Reynhard melancarkan aksi bejatnya terhadap ratusan laki-laki di Inggris.
Setelah aksinya terendus, Reynhard pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau maksimal 30 tahun.
Ia terbukti melakukan pemerkosaan terhadap 48 orang laki-laki di Inggris sejak Januari 2015 hingga Juni 2017.
Namun pihak kepolisian meyakini ada lebih banyak korban dari yang terhitung.
Sekalipun terjadi di Inggris, kasus ini turut menjadi perhatian pemerintah dan menghebohkan pemberitaan di Indonesia loh.
Hal ini turut mengundang pakar Neuroscience, dr. Ryu Hasan untuk berkomentar tentang perilaku menyimpang Reynhard.
Momen itu terekam dalam tayangan ROSI di kanal YouTube KOMPASTV, seperti dikutip Grid.ID dari video yang dipublikasikan pada Kamis (9/1/2020).
Rosi selaku pembawa acara pun berusaha mengorek alasan seorang Reynhard melakukan tindakan keji tersebut melalui pandangan ilmu Neuroscience.
Termasuk mengorek kemungkinan sang predator seks mengidap gangguan psikopat, "Kalau melihat sosos Reynhard ini, apa yang bisa anda katakan?".
"99,9 persen psikopat," tegas dr. Ryu Hasan.
"Lalu apakah kejahatan seperti ini, yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga ini ada kaitannya dengan pengalaman buruk dia di masa kecilnya? Karena kemudian muncul analisa bermacam-macam," sambung Rosi.
"Seperti oh yang bersangkutan pasti punya pengalaman buruk sebelumnya, pernah diperlakukan yang sama oleh keluarga terdekatnya, jadi dia sebelumnya juga adalah korban," lanjutnya.
Dr. Ryu Hasan tegas mengatakan, "Tidak".
Baca Juga: Tanggapi Kasus Reynhard Sinaga Si Predator Seks, Irfan Hakim Berharap Ada Hikmahnya
"Psikopat itu kebanyakan bawaan lahir. Sejak lahir dia sudah terlahir sebagai psikopat. Pada umumnya ya," imbuhnya.
"Kecuali ada kasus seperti pada Abad ke-19 di mana kasus ini selalu dipakai contoh untuk menggambarkan tentang bagaimana pusat otak emosi seseorang itu berubah," terangnya.
"Jadi dia bos di sebuah perusahaan. Dia baik, baik banget dan dermawan. Kemudian ia mengalami kecelakaan, kepalanya tertembus besi dan dia masih hidup. Setelah besinya dicabut, dia berubah menjadi orang yang lain," sambungnya.
"Atau kasus seperti pada beberapa pasien saya saat dia mengalami tumor otak, dia menjadi orang yang lain. Awalnya mahasiswa yang baik, anak rumahan, tidak pernah melakukan hal yang buruk, tapi mendadak dia do a lot of bad thing," lanjutnya.
"Tapi setelah tumornya diambil, dia balik normal kembali. Jadi hal-hal seperti ini, memang kebanyakan orang-orang psikopat itu adalah bawaan lahir. Memang dia terlahir dengan otak yang berbeda," tambahnya.
Dalam momen yang sama, Dr. Ryu juga juga menegaskan, "Seorang yang psikopat itu sudah kelihatan sejak kecil".
"Kita bisa mengidentifikasi seorang psikopat?" tanya Rosi penasaran.
"Dari perilakunya kita bisa cenderung melihat dia itu psikopat atau enggak. Dia pernah menyiksa binatang atau tidak. Misal ada capung terus diprotoli kepalanya (dicabuti kaki dan sayapnya). Terus kemudian anjing gak ngapa-ngapain digebukin gitu," jelas dr. Ryu
"Orang psikopat itu tidak bisa merasakan penderitaan," tegasnya.
Baca Juga: Merasa Mukanya Lebih Muda daripada Umurnya, Predator Seks Reynhard Sinaga Ngaku Mirip Peter Pan
Rosi semakin tak habis pikir, pasalnya sosok Reynhard rupanya tak sedikitpun menujukkan gelagat sebagai orang yang kejam.
"Tapi gini pak dokter, kalau kita lihat kan ciri-ciri seorang Reinhard ini periang, temannya banyak, dia orangnya juga out going, religius, dia bukan orang yang terlihat kejam," tanyanya.
"Bahkan banyak teman-temannya kaget ketika dia melakukan itu," imbuhnya.
Dr. Ryu kembali menegaskan, "Itu ciri khas psikopat. Dia good looking, kelihatan smart, terus dia pintar sekali meniru hal-hal yang baik pada satu populasi. Seorang psikopat ini cenderung berpendidikan tinggi, dan ramah pada setiap orang".
"Ini yang membuat orang-orang di sekitarnya itu sering tertipu. Karena dia pinter sekali meniru sesuatu yang baik menurut suatu populasi. sementara hal yang baik dalam satu populasi, belum tentu baik bagi populasi lain," pungkasnya.
(*)