Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID- Detektif Constable Dot Orr menceritakan bagaimana tindak kejahatan seksual yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga bisa akhirnya terungkap.
Mereka menyakini bahwa Reynhard Sinaga sebenarnya melakukan aksi kriminalnya lebih dari 2,5 tahun.
Dalam wawancara belum lama ini, polisi Manchester Raya mengungkap, Reynhard Sinaga dicurigai telah melakukan pemerkosaan sejak 10 tahun silam.
Dugaan itu berdasarkan pada foto korban yang diambil Sinaga sekitar tahun 2007, ketika ia datang pertama kali di Manchester.
Namun aksi kejahatannya baru terungkap pada 2017 karena masing-masing korban tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual.
Menurut Dot Orr, Reynhard memanfaatkan keramahan warga Manchester untuk menjaring korbannya.
"Ini adalah budaya mahasiswa Manchester."
"Mereka pergi ke rumah-rumah, mereka minum-minum dan mabuk dengan mudahnya."
"Kamu kemudian pergi keluar malam dan mereka akan tinggal di flat siswa mana saja," ungkap Dot Orr.
Orr lanjut mengatakan, Reynhard sangat lihai dalam menilai mana mangsa yang harus dipilih dan mana yang bukan.
"Dia keluar mencari mereka dan ia tahun siapa yang harus dipilih, orang-orang yang jalan sendirian."
"Dia tahu betapa mabuknya mereka, bagaimana mereka mereka bersikap di jalan dan betapa bersahabatnya mereka."
"Jadi itu dia, bukan mereka," terangnya.
Pria yang sering dipanggil Rey ini memikat para korban ke apartemennya sebelum diberikan GHB, obat yang dapat menyebabkan kehilangan memori dan sedasi hingga koma.
Ia lalu memfilmkan kejahatan seksualnya dalam bentuk foto dan video.
Pria hampir menginjak usia 237 tahun ini merekam aksinya menggunakan dua ponsel sekaligus yaitu iPhone 6 hitam dan iPhone 4 putih.
Dari situlah, ditemukan bukti kuat yang mampu menjebloskan Rey di balik jeruji selama puluhan tahun.
Bukti pertama dalam penyelidikan terungkap pada April 2017, ketika seorang pria melaporkan pemerkosaan oleh seorang 'misterius'.
Pria ini mengaku saat itu tengah keluar di Bar Retro di pusat kota untuk menonton band bersama teman-temannya.
Dia mabuk dan tidak ingat meninggalkan bar, tetapi terbangun di apartemen Rey.
Pria yang saat ini berusia 33 tahun ini merasa mual, bingung, dan seperti telah dibius.
Korban awalnya merasa yakin bahwa ia berada di kamar hotel.
Rey mengelus rambut korban dan mengatakan,"Tenang, santai saja".
Masih dalam keadaan bingung, korban buru-buru keluar dari flat dan pulang ke rumah naik Uber pada dini hari.
Keesokan harinya, korban berbicara kepada teman-teman tentang kejadian malam itu dan memutuskan untuk mendatangi ke pusat rujukan serangan seksual St Mary untuk diperiksa.
Petugas medis menemukan jejak Rey di celana pendek korban.
Tetapi pada saat itu Rey sama sekali tidak dikenal oleh polisi sehingga dia tidak pernah ditangkap.
Jadi meskipun korban melaporkan pemerkosaan, DNA tidak cocok dengan pelaku yang tersimpan dalam database polisi.
Setelah diselidiki lebih jauh, petugas percaya serangan tersebut terjadi di hotel Ibis, tepat di seberang apartemen Rey di Montana House.
Enam minggu kemudian, polisi mendapatkan laporan yang cukup mencurigakan.
Pada bulan Juni, seorang remaja yang saat itu baru berusia 18 tahun terpisah dari teman-temannya ketika jalan-jalan di Manchester pada malam hari.
Dia lalu menemukan Rey yang dianggap sebagai sosok pria yang ramah dan tidak mengancam.
Mereka pun sempat mengobrol tentang universitas.
Dalam 15 menit, Rey menawari remaja itu singgah ke flatnya untuk minum.
Dia ingat ditawari minuman beralkohol. Kemudian, ia tidak mengingat sama sekali sampai dia bangun dan melihat seseorang berbaring tanpa busana di punggungnya.
Remaja itu yakin bahwa dia akan diperkosa, lalu segera melarikan diri.
Namun Rey menghalanginya dan menggigit perut korbannya sambil berteriak.
"Tolong, tolong. Penyusup! Penyusup," jerit Rey yang didengar oleh tetangganya.
Korban lari keluar dari flat dan melakukan panggilan darurat ke polisi untuk melaporkan.
Polisi tiba di apartemen dalam waktu sepuluh menit.
Mereka menemukan Rey dalam keadaan setengah sadar di lantai kamar mandinya dan berdarah pada bagian kepalanya.
"Rey ada di lantai. Petugas muncul, dia mengalami sedikit cedera."
"Korban mengatakan, 'Saya pikir dia sedang mencoba memperkosa saya'," lanjut Detektif Orr.
Namun ketika Rey terbangun di rumah sakit, ia mengajukan pertanyaan aneh kepada perawat.
"Apakah saya diperkosa?" tanya Rey berusaha menutupi kejahatannya.
Rey langsung berpikir cepat bagaimana cara untuk menghindari kecurigaan polisi.
"Dia tahu apa yang harus dilakukan dan dia sangat cepat untuk berbalik dan menuduh mereka sebagai orang yang salah."
"Itu harus dipikirkan dengan sangat cepat," kata Detektif Orr.
Sementara itu, korban dari Sinaga ditangkap atas dugaan penyerangan dan menyerahkan iPhone 4 putih yang tidak ia sadari bahwa itu sebenarnya milik pemerkosa.
Sinaga yang terbaring di rumah sakit memohon petugas kepolisian untuk membawakan ponselnya.
Mereka menemukan iPhone hitam di bawah tempat tidur di flatnya.
Lalu polisi mulai menaruh curiga padanya ketika dia memberikan sejumlah kode PIN palsu.
Tapi dia akhirnya memberikan PIN yang benar dan ponsel terbuka, di mana ada videonya yang memerkosa korban.
Pada 3 Juni 2017, Sinaga ditangkap karena dicurigai melakukan pemerkosaan tunggal.
Polisi menggeledah flatnya dan menemukan dokumen identitas di dekat tempat tidur.
Mereka juga menyita beberapa laptop dan hard drive yang berisi ratusan video dan foto aksi kejahatannya.
Ditemukan juga jam tangan, dompet, kartu ID milik korban yang diambil Rey sebagai suvenir.
Namun saat itu, Rey masih bersikeras tidak mengakui tindak kejahatannya.
Proses investigasi pun dilanjutkan dan berjalan cukup alot.
Sampai-sampai detektif Orr menunda pensiunnya untuk menyelesaikan kasus ini.
Petugas melacak satu persatu korban dari dompet dan barang lain yang dikumpulkan Rey serta melalui profil Facebook.
Hakim Goddard QC mengatakan, pekerjaan polisi yang terlibat dalam kasus ini cukup berat.
"Penyelidikan melibatkan 100 jam menonton cuplikan yang sifatnya paling tidak menyenangkan dan penelusuran para korban dengan teliti," ungkapnya dikutip dari Manchester Evening News, Minggu (12/1/2020).
(*)