Apalagi, dikatakannya, sang pujaan hati memilih pergi dengan orang yang belum tentu menyayanginya seperti rasa sayang sang peretas.
"Uwes kadung gejeron deleh ati kleru panggon. Urip ilang semangat, seng tak tresno jebul waton. (Sudah terlanjur dalam menaruh hati ternyata salah tempat. Hilang semangat hidup, yang aku sayang ternyata asal-asalan)."
"Raiso mbedakke ndi seng modus ndi seng tulus. Wes entek sak kabehe bul atiku ra diurus. (Tidak bisa membedakan mana yang modus mana yang tulus. Sudah habis semuanya ternyata hatiku tidak diurus)," tulisnya.
Meski begitu, tidak ada yang bisa dilakukan sang peretas.
Sang peretas pun juga tidak menaruh benci kepada pujaan hatinya itu.
"Aku ora getun yen due ati seng ringkih. Nanging aku iso nandur roso tanpo pamrih. (Aku tidak menyesal jika mempunyai hati yang rapuh. Tapi aku bisa menanam rasa tanpa pamrih)"
"Opo koe sadar atiku keliwat jembar. Radadi jodohmu, aku mung iso sabar. Ambyar. (Apa kamu sadar hatiku kelewat lebar. Enggak jadi jodohmu, aku cuma bisa sabar. Ambyar)" tulisnya.
Terakhir, sang peretas menitipkan salam untuk kedua orang tua sang pujaan hati yang tidak jadi mertuanya.
"Salam nggo bapak ibumu <3 (Salam untuk ayah ibumu <3)" pungkasnya.